Pengakuan Korban Pinjol di Surabaya: Tergiur Bujuk Rayu, Surat Tanah Jadi Jaminan Bank

Pengakuan Korban Pinjol di Surabaya: Tergiur Bujuk Rayu, Surat Tanah Jadi Jaminan Bank

-Ilustrasi-

SURABAYA, MEMORANDUM - Pelaku penipuan berada di sekitar anda. Mereka mengincar atau memanfaatkan ibu rumah tangga yang polos untuk dijadikan korban.

Kejadian penipuan pernah dialami Wahyuningdyah, warga Surabaya Selatan. Terduga pelaku tak lain adalah tetangga dan dua temannya. Akibat penipuan itu, ibu satu anak tersebut merugi total kurang lebih Rp 100 juta.

BACA JUGA:Gelapkan Uang Perusahaan Rp 45 Juta untuk Lunasi Utang Pinjol

Modus para pelaku dengan cara menyuruh utang pinjaman online (pinjol) menggunakan akunnya dan menggadaikan surat tanah. 

"Para pelaku menyuruh saya pinjam uang melalui pinjaman online di aplikasi. Semuanya atas nama saya," kata Wahyuningdyah kepada memorandum.disway.id.

BACA JUGA:Mengungkap Fakta Pinjol Ilegal: Apakah Pinjaman Harus Dibayar

Tugas para pelaku ini berbeda-beda peran. Tetangganya bertugas merayu dan mengenalkannya kepada korban. Setelah kenal dan akrab, awalnya tetangganya pinjam kartu kreditnya dengan menyuruh gesek tunai ke toko kenalan korban.

"Saya disuruh gesek tunai kartu kredit Rp 20 juta. Kemudian pinjam lagi Rp 20 juta, katanya dia akan membayarnya dalam seminggu. Jadi total Rp 40 juta," ungkap Wahyuningdyah.

BACA JUGA:Lawan Pinjol Ilegal, Peran OJK Tidak Maksimal

Setelah jatuh tempo pada September 2023, datang debtcolector (DC) menagih ke rumah korban. Korban pun terkejut karena saat ditagih tetangganya mengaku sudah dibayar. 

Wahyuningdyah pun menagih ke tetangganya. Bukannya mengembalikan, tapi malah menyuruh menagih kepada dua teman pria kenalannya. 

BACA JUGA:Balada Pinjol: Diancam Foto Disebar dan Didatangi 8 Orang ke Rumah

Ketika ditagih ke kedua pria tersebut, malah menyuruh menagih ke temannya lagi. Jadi semuanya tidak mau lari dari tanggung jawab. Korban pun bingung karena mau bilang suaminya takut dimarahi. 

BACA JUGA:Pinjol Ilegal Meresahkan Masyarakat, Pengamat Ekonomi Unair: Harus Diberantas

Sumber: