Fenomena Bunuh Diri Kalangan Anak Muda, Akademisi Tekankan Pentingnya Pendekatan Multidisiplin
Prof Dr Oscarius Y A Wijaya MSi MH MM CLI.--
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Dalam kurun waktu dua bulan terakhir, kasus bunuh diri di kalangan anak muda bergejolak. Terutama mahasiswa.
Fenomena ini lantas menuai sorotan. Juga menimbulkan kekhawatiran dari berbagai pihak, termasuk akademisi dan para pendidik.
Seperti yang disampaikan Prof Dr Oscarius Y A Wijaya MSi MH MM CLI, guru besar manajemen dari Akademi Sekretari dan Manajemen Indonesia (ASMI) Surabaya, memahami akar masalah ini melalui pendekatan multidisiplin sangat penting, supaya langkah preventif dan penanganan lebih efektif.
“Bunuh diri bukan hanya masalah kesehatan mental, tetapi berkaitan erat dengan faktor sosial, pendidikan, dan budaya. Sehingga memerlukan kolaborasi lintas disiplin untuk mengatasinya,” tutur Prof Oscarius, yang juga dosen tidak tetap di Universitas Ciputra Surabaya, Selasa, 15 Oktober 2024.
Prof Oscar menjelaskan, penelitian terkini menunjukkan bahwa perilaku bunuh diri di kalangan anak muda disebabkan oleh kombinasi faktor psikologis dan sosial.
Misalnya, tekanan akademik, masalah keluarga, serta minimnya dukungan sosial menjadi pemicu utama.
BACA JUGA:Sehari Terjadi Dua Laka Kereta Api di Malang, Diduga Keduanya Lakukan Bunuh Diri
Kemudian faktor risiko seperti bullying dan penggunaan media sosial yang tidak sehat juga berperan signifikan dalam memperburuk kesehatan mental anak muda. Terutama kalangan mahasiswa.
Berdasarkan penelitian BMC Public Health pada tahun 2023, dalam beberapa kasus bunuh diri, media sosial memperkuat kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain, yang dapat memicu perasaan rendah diri atau isolasi sosial.
“Survei global juga menemukan bahwa perilaku bunuh diri di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan dukungan sosial rendah atau yang mengalami konflik keluarga,” papar Prof Oscar.
BACA JUGA:Polisi Panggil Psikolog yang Pernah Periksa Mahasiswa UK Petra, Korban Bunuh Diri
“Lalu minimnya akses terhadap layanan kesehatan mental di perguruan tinggi juga memperburuk situasi,” sambungnya.
Berangkat dari sini, Prof Oscar menilai dosen memiliki peranan yang penting dalam mendeteksi tanda-tanda awal masalah mental pada mahasiswa.
Sumber: