Kondisi Pasar Buah Dupak Rukun di Bulan Puasa: Pedagang Berjuang Bertahan di Tengah Sepinya Pembeli
Pedagang Pasar Buah Dupak Rukun. -Anwar Hidayat-
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID – Memasuki bulan puasa, suasana Pasar Buah Dupak Rukun terlihat lebih lengang dibanding hari-hari biasa. Namun, bagi pedagang yang menggantungkan hidup di pasar ini, kondisi tersebut masih jauh lebih baik dibandingkan hari-hari di luar Ramadan.
BACA JUGA:Polda Jatim Dalami Dugaan Penggelapan yang Libatkan Dua Komisaris Pasar Buah Tanjungsari
Bagi para pedagang seperti Ervan, kondisi ini masih jauh lebih baik daripada hari-hari di luar Ramadan.

--
"Kalau belum bulan puasa, ya enggak ada orang. Sepi banget. Tapi kalau bulan puasa, lumayan ramai, apalagi malam hari," ujar Ervan, Rabu 5 Maret 2025.
Ervan menjelaskan bahwa pendapatan harian para pedagang sangat bergantung pada cuaca dan situasi pasar.
"Ada kalanya sehari bisa untung, tapi kadang juga rugi. Kemarin saja saya rugi Rp 8 juta karena barang dagangan tidak habis terjual," keluhnya.
BACA JUGA:Bos Pasar Buah Tanjungsari Laporkan Dua Komisaris ke Polisi, Diduga Kemplang Uang Rp 3,2 Miliar
Meski begitu, ia tetap bersyukur karena di bulan puasa seperti ini pembeli cenderung lebih banyak, terutama menjelang berbuka puasa.
Namun, tantangan terbesar para pedagang bukan hanya soal sepinya pembeli, melainkan juga ancaman relokasi yang kerap menghantui mereka. Menurut Ervan, lokasi pasar yang strategis menjadi daya tarik utama bagi pembeli. Sayangnya, pemerintah kota sering kali tidak memberikan solusi yang memadai ketika memindahkan para pedagang ke tempat baru.
"Kalau dipindah ke tempat yang jauh, mana mungkin pembeli mau datang? Aksesnya susah, jaraknya jauh. Akhirnya, yang rugi ya pedagang," tegasnya.
Ervan mencontohkan pengalaman pahitnya ketika beberapa tahun lalu pasar tempat ia berjualan dipindahkan ke lokasi baru yang kurang strategis.
"Waktu itu di dekat Osowilangon. Semua pedagang bangkrut. Sudah pindah, eh ternyata enggak ada pembeli. Ya gimana, aksesnya susah, jauh dari pusat kota," kenangnya.
Tidak hanya itu, masalah lain yang sering dialami para pedagang adalah utang piutang dengan pembeli.
"Ada pembeli yang beli buah secara kredit, sampai nilainya ratusan juta. Tapi pas kita dipindah ke pasar baru, mereka enggak bayar. Ya sudah, kita harus mulai dari nol lagi," tuturnya
Para pedagang seperti Ervan berharap pemerintah dapat memberikan solusi konkret, seperti menyediakan lahan yang strategis dengan akses mudah bagi pembeli.
Selain itu, mereka jugauuu meminta agar tidak ada relokasi lagi, karena akan membuat mereka harus mulai dari awal.
"Semoga, kita yang berjualan di sini tidak direlokasi ketempat lain, melihat berita yang beredar Pasar Mangga Dua dan Pasar Tanjungsari akan ditutup dan direlokasi," tegas Ervan.
Sementara itu, cuaca juga menjadi faktor penentu kesuksesan pasar. "Kalau cuaca bagus, pembeli lebih banyak. Tapi kalau hujan atau panas terik, ya sepi lagi," imbuhnya.
Meski demikian, semangat para pedagang tetap menyala. Mereka terus berusaha bertahan demi menghidupi keluarga, meskipun tantangan terus menghadang.
"Ya Allah, rasanya berat jadi pedagang sekarang. Tapi apa boleh buat, kami harus tetap jualan demi anak istri," pungkas Ervan. (yat)
Sumber:

