Derita Lelaki Beristri Cucu Kiai Sepuh Mojokerto (3)
Derita Lelaki Beristri Cucu Kiai Sepuh Mojokerto--
Volume Senjatanya Ditambah agar Makin Jos
Akhirnya Rahmad pulang dengan rasa gatal yang sangat menyiksa. Sepanjang perjalanan dari tempat pijat, rasa gatal terus menyiksanya. Tanpa henti sekejap pun.
Sampai turun dari mobil pun, rasa gatal tak juga hilang. Baru ketika menginjakkan kaki di ruang tamu, rasa gatal di sekujur tubuhnya hilang. Dan itu tidak hanya terjadi sekali, melainkan beberapa kali.
“Jangan-jangan kamu dikunci sama isrimu!” kata Ikin menirukann ucapan sahabat Rahmad.
Kecurigaan ini benar-benar mengagetkan. Rahmad makin terpuruk. Namun, kemudian sahabat tadi menambahkan, kalau memang itu yang terjadi dia sanggup menolong.
“Kita bisa minta tolong Mbah Dugo (nama sebenarnya, red). Pasti beres,” kata sahabat tadi membuka harapan baru bagi Rahmad.
Tanpa membuang waktu, mereka janjian selepas esok paginya cabut ke rumah Mbah Dugo di kawasan lereng Lawu.
“Kami dibawa masuk kamar praktiknya yang menyeramkan. Di sudut-sudut ruangan terdapat patung sebesar kepalan tangan disandarkan ke dinding. Bau kemenyan menyengat,” cerita Rahmad.
Setelah dia menyampaikan maksud kedatangannya, Mbah Dugo membimbing Rahmad masuk ke kamar lain. Tak lama, hanya beberapa menit. Keluar lagi, Rahmad sudah berganti memakai sarung.
Rahmad didudukkan di depan Mbah Dugo. Lantas disisipkan pawonan dupo di banwah sarung Rahmad.
Mbah Dugo melakukan itu semua sambil komat-kamit. Kadang gerak bibirnya lambat, namun di saat yang lain sangat cepat.
Mirip Denada menyanyi dangdut bernada rap.
Sekitar satu setengah jam baru usai. Kata Mbah Dugo, sekarang Rahmad sudah bisa bercinta di luar rumah selain dengan istrinya. “Nak Rahmad saya kasih bonus. Volume senjatanya saya tambah sedikit biar makin jos,” katanya.
Rombongan pulang. Rahmad tidak bisa menyembunyikan kegembiraan. Sepanjang jalan senyumnya selalu merekah. Berkali-kali dia meraba resleting celananya.
Dari rumah Mbah Dugo, rombongan mampir Rumah Makan Sari, Jalan Wahid Hasyim, Jombang.
Saat makan, muncul Suzuki Swift. Isinya empat orang. Cewek semua.
Muda. Cantik-cantik dan hmmm… seksi-seksi. Iseng Rahmad menyapa mereka. Dan tak terduga, keempatnya menyambut sapaan Rahmad dengan hangat.
Perkenalan pun terjadi. Tanpa diminta, mereka bergabung bersama.
Di tengah pembicaraan Rahmad minta izin bergabung dengan cewek-cewek tadi dan mempersilakan sahabatnya pulang terlebih dulu. Meski dengan perasaan agak dongkol sahabatnya mengiyakan. (jos, bersambung)
Sumber: