Derita Lelaki Beristri Cucu Kiai Sepuh Mojokerto (1)
--
Mampu Terkam Istri bak Singa Padang Pasir
Rahmad (bukan nama sebenarnya) merasakan keanehan. Setiap hendak bercinta dengan perempuan selain istrinya, sebut saja Winih, tiba-tiba badannya terserang gatal.
Rasa gatal itu bukan gatal biasa yang bisa hilang setelah digaruk. Rasa gatal itu sepertinya selalu berpindah-pindah, yang apabila digaruk semakin terasa nikmat. Saking kerasnya garukan tangannya, beberapa bagian tubuh sampai lecet-lecet.
Yang lebih celaka, gatal-gatal sekujur tubuh dan menyakitkan tersebut tidak bisa hilang walau diobati dengan obat apa pun dan cara apa pun.
Dia hilang sendiri. Begitu kakinya menginjak lantai rumah.
Tidak hanya sekali-dua kali peristiwa itu terjadi, melainkan berkali-kali. Fakta ini tentu teramat sangat menggelisahkan Rahmad.
Sebab, di rumah, ia sanggup memuaskan sang istri hingga beberapa ronde.
Rahmad menghadapi Winih bagai singa padang pasir. Ganas dan kuat. Lawan tandingnya sampai seperti ampun-ampun dan selalu minta di-rev.
“Lain kalau di luar,” kata Rahmad kepada pengacaranya, sebut saja Ikin, seperti disampaikan ke Memorandum.
Rahmad mengaku dirinya memang bukan lelaki setia. Sebelum menikah dengan Winih, petualangannya dengan beberapa perempuan tidak bisa dihitung dengan jari.
Di setiap kota yang pernah disinggahi pasti ada jejaknya.
Lelaki dengan rambut cepak ini mengatakan tidak bisa melepaskan setiap melihat bokong bahenol melintas di depannya. Atau pemilik dada besar memamerkan kelebihannya tersebut.
Upaya eksekusi pun diupayakan dengan berbagai cara agar bisa terjadi dalam waktu singkat. Setelah itu Rahmad akan berjuang keras memuaskan si wanita yang diajaknya bercinta agar suatu saat bisa diulanginya dengan mudah.
Dan Rahmad layak mendapa julukan lelaki tangguh karena mampu memuaskan setiap wanita yang diinginkan.
Karena itulah, di kalangan teman-temannya sesama petualang cinta, dia dijuluki singa padang pasir.
Tapi itu dulu. Sebelum Rahmad menikah dengan Winih.
Setelah menikah, diakui Rahmad bahwa dia sempat berhenti lama berpetualang. Bukan takut dosa, tapi lebih takut pada karma yang bisa saja terjadi pada anak-anaknya, terutama anak perempuan.
Sumber: