Pekerjaan Hilang, Keluarga Berantakan: Harga Diri yang Hilang (2)

Pekerjaan Hilang, Keluarga Berantakan: Harga Diri yang Hilang (2)

-Ilustrasi-

Sampai pada suatu malam, pertengkaran itu pecah.

“Mas marah karena aku kerja keras? Karena aku nggak menyerah?”

“Bukan! Aku marah karena kamu sudah tidak butuh aku lagi. Semuanya kamu atur sendiri. Aku ini siapa?”

“Mas… aku berjuang bukan untuk meninggalkan Mas. Aku berjuang supaya kita bisa bertahan!”

“Tapi kamu bikin aku merasa seperti tamu di rumah sendiri…”

Suara tangis Dinda yang terbangun karena keributan itu menghentikan mereka. Bulan segera memeluk anaknya, berusaha menenangkan, sementara Bintang terduduk, memegangi kepalanya sendiri.

Bukan hanya karena sedih… tapi karena bingung. Ia tak tahu bagaimana cara menjadi suami yang kuat saat pekerjaannya telah direnggut, dan harga dirinya ikut tercabut.

Beberapa hari kemudian, Bintang memutuskan pergi ke rumah ibunya selama beberapa hari. Ia bilang hanya ingin menenangkan pikiran. Tapi di mata Bulan, itu seperti tanda menyerah.

Saat duduk sendiri malam itu, Bulan memandangi dompet kosong di atas meja. Bukan kosong secara materi, tapi kosong secara makna:

cinta yang dulu terasa cukup kini diguncang realitas. Bukan soal uang semata… tapi soal kehadiran, rasa dihargai, dan usaha untuk tetap bersama.

Sumber: