Pekerjaan Hilang, Keluarga Berantakan: Ketika Gaji Terakhir Menjadi Awal Pertengkaran (1)
-Ilustrasi-
BULAN menatap layar ponselnya, membaca ulang pesan singkat dari Bintang yang hanya berisi satu kalimat:
“Aku kena PHK, Bu.”
Ia menggigit bibir, menahan emosi. Bukan karena kabar itu semata, tapi karena cara Bintang menyampaikannya—tanpa penjelasan, tanpa suara, hanya teks pendek yang seolah tak memberi ruang untuk rasa.
Tiga tahun mereka menikah. Bintang bekerja di sebuah perusahaan ekspor, sementara Bulan mengelola toko online kecil-kecilan dari rumah. Mereka tidak kaya, tapi cukup. Cukup untuk tertawa, cukup untuk bercita-cita membeli rumah kecil di pinggir kota.
Tapi sejak pandemi, ekonomi perusahaan Bintang goyah. Dan hari ini, kabar itu datang: PHK massal.
Bulan menarik napas panjang. Saat Bintang pulang, suasana rumah terasa asing. Ia membuka pintu pelan, membawa ransel yang terlihat lebih berat dari biasanya. Bukan karena isinya, tapi karena beban di dalam dadanya.
“Maaf, Bu. Aku tahu ini berat.”
“Yang berat bukan cuma PHK-mu, Mas… Tapi bagaimana kita bertahan setelah ini.”
Bintang terdiam. Ia tahu, istrinya bukan sedang marah. Ia sedang cemas. Tapi ia juga tahu, rasa cemas itu bisa berubah jadi konflik jika tak segera dibicarakan.
Malam itu mereka duduk di meja makan tanpa makan malam. Yang terhidang hanya pertanyaan-pertanyaan pahit.
“Kita masih punya tabungan berapa, Mas?”
“Dua bulan cukup, kalau kita hemat,” jawab Bintang.
“Dan setelah dua bulan?”
“Aku akan cari kerja secepatnya.”
Sumber:


