Yenny Wahid-Khofifah Puncaki Survei Elektabilitas Cawapres Perempuan, Pengamat: Bisa Ngemong

Yenny Wahid-Khofifah Puncaki Survei Elektabilitas Cawapres Perempuan, Pengamat: Bisa Ngemong

Lia Istifhama dan Eko Pamuji (kanan) memberikan tanggapan hasil survei Dialektika Institute.--

Surabaya, Memorandum - Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Dialektika Institute, nama Zannuba Ariffah Chafsoh atau dikenal dengan Yenny Wahid mencatatkan elektabilitas paling tinggi sebagai cawapres dari kalangan perempuan di basis NU.

Dari 1000 responden yang tersebar secara proposional di setiap provinsi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebanyak 27,6% responden memilih nama Yenny Wahid sebagai kandidat cawapres.

Sementara sebanyak 25,4% memilih nama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, 14,9% responden memilih nama Puan Maharani, lalu Susi Pudjiastuti dengan 12,6%, dan 8,5% responden memilih Sri Mulyani. Sedangkan 11% responden belum menentukan pilihan.

Menanggapi temuan survei Dialektika Institute ini, politisi sekaligus aktivis perempuan Dr Lia Istifhama berpendapat, sosok Yenny Wahid dan Khofifah memang selalu ngemong warga NU.

Karena itu, menurutnya tak mengejutkan apabila keduanya mencatatkan elektabilitas tertinggi di basis NU.

"Tokoh NU di mana-mana harus selalu bisa ngemong. Yenny Wahid dan Khofifah elektabilitas tinggi, banyak dipilih warga NU, ya karena keduanya bisa ngemong masyarakat NU," kata Lia Istifhama, Selasa (12/9).

Perempuan yang karib disapa Ning Lia ini menambahkan bahwa keberadaan cawapres perempuan dalam kontestasi Pilpres 2024 menarik untuk ditunggu.

Dirinya sangat berharap ada salah satu sosok perempuan yang dapat mewakili. Sebab, seringkali sosok perempuan bisa jadi penentu.

"Baik Bu Khofifah maupun Mbak Yenny memiliki peluang besar. Meski memang jika dilihat pencapaian Bu Khofifah, seharusnya elektabilitas beliau sebagai cawapres melesat tinggi," tuturnya.

"Namun jika kemudian 11-12 dengan Mbak Yenny, maka bisa jadi itu karena kecintaan tinggi dari warga Jatim yang ingin beliau (Khofifah) tetap di Jatim. Dan memang ini survey yang sangat mungkin ada dinamika ke depan," sambungnya.

Berangkat dari hasil survei ini, Ning Lia menjelaskan bahwa masyarakat dapat melihat politik secara holistik atau utuh. Artinya, sebuah angka elektabilitas memiliki makna yang harus dimaknai secara komprehensif.

"Sebagai contoh, Khofifah grassroots-nya sangat kuat dan tidak bisa disandingkan dengan yang lain. Namun ada hal lain yang menentukan terkait cawapres, di antaranya adalah tingginya kecintaan warga Jatim yang berharap pemimpinnya untuk periode ke depan masih sama," tandas Ning Lia.

Sementara itu, pakar media dan komunikasi Unesa Eko Pamuji mengatakan bahwa temuan survei Dialektika Institute tidak mengejutkan.

Sebab jika survei dilakukan di basis NU, apalagi di wilayah Jatim dan Jateng, tentu nama yang muncul tidak akan banyak.

Sumber: