Perjuangan Tatik Hingga Sukses Kembangkan Batik Kembang Sambiloto
Proses Membatik Yang Dilakukan Oleh Kelompok Batik Kembang Sambiloto Binaan Pertamina EP Sukowati Field -Biro Bojonegoro-
BOJONEGORO, MEMORANDUM - Perjuangan Tatik (52) wanita asal Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro untuk bangkit dari keterpurukan berbuah manis.
Ya, wanita yang akrab disapa Bu Mul ini awalnya adalah seorang pengangguran (tidak ada pekerjaan). Tapi, dirinya tidak putus semangat, dengan modal semangat yang ia miliki, akhirnya untuk punya tekat untuk belajar membatik untuk mengisi waktu luang.
"Saya kursus membatik sejauh 5 kilometer dengan naik sepeda," ujar Bu Tatik.
Setelah beberapa waktu menganggur, Tatik akhirnya juga dipercaya sebagai guru Taman Kanak-kanak (TK). Meski demikian Tatik masih mempunyai waktu untuk mengembangkan bakatnya membatik bersama masyarakat sekitar. " Saya tidak ingin ilmu (membatik) yang saya peroleh ini saya pakai sendiri. Tapi saya ingin berbagi dengan masyarakat lain (agar bermanfaat)," tutur Bu Tatik.
Akhirnya, dengan semangat yang luar biasa akhirnya Bu Tatik bisa mengembangkan Batik bersama masyarakat (khususnya ibu-ibu) di sekitar Desa Sambiroto.
Namun, dalam perjalannya dalam mengembangkan batik, Bu Tatik mendapatkan cobaan yang luar biasa yaitu datangnya Covid-19. Akibat wabah tersebut usaha Bu Tatik akhirnya tutup.
Setelah beberapa tahun Covid -19 akhirnya mereda, Bu Tatik berfikir untuk bagai mana caranya merintis dan membuka usaha batiknya kembali. "Akhirnya ada informasi dari desa bahwa ada program pemberdayaan dari Pertamina EP Sukowati Field dan alhamdulillah berhasil membuka usaha batik lagi," ungkapnya.
Dengan semangat dan inovasi bersama kelompoknya Bu Tatik akhirnya menemukan motif batik khas yang diberinama Batik Kembang Sambiloto. Tak hanya itu, ia bersama kelompoknya juga banyak menemukan motif lain, seperti motif Tengul, Keris Khayangan Api dan lainnya.
BACA JUGA:Dari Sawah ke E-Commerce: Kisah Sukses Petani Sayur di Gresik Berkat KKN BBK Unair
Berkat karyanya itu hingga saat ini Bu Tatik bisa mencukupi keluhan sehari-hari. "Alhamdulillah terkadang dapat omset sekitar Rp 10 juta hingga Rp20 juta dalam kurun waktu sekitar satu bulan," bebernya.
Batik khas asal Desa Sambiroto ini dijual dengan harga Rp150 ribu hingga Rp160 ribu per 2 meter.
"Pembelinya ada dari Pemerintahan (Dinas-Dinas), Petugas, dari pihak Pertamina, warga masyarakat dan lainnya," ucapnya.
Selama ini, ia mempromosikan batik hasil produksinya dengan cara melalui media sosial, (Seperti IG, (Instagram) WA (Whatsapp), dan dari orang ke orang (Getuk tular)," Tatik menceritakan perjuangannya menjual Batik.
Sumber: