BLITAR, MEMORANDUM.CO.ID - Tes penyaringan calon perangkat Desa Bendosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, disebut telah berjalan secara independen dan telah sesuai dengan kaidah-kaidah akademik.
Hal ini ditegaskan Ketua Tim Penguji dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Balitar (LPPM-Unisba), Heri Suprayitno, selaku pihak ketiga pelaksana tes penyaringan.
“Kami tidak menerima pesanan dari pihak tertentu. Kami selenggarakan tes berdasarkan kaidah akademis,” ujar Heri saat ditemui awak media, Senin 23 Desember 2024.
Pernyataan ini merespons gejolak di masyarakat yang memprotes hasil tes calon perangkat Desa Bendosewu yang diselenggarakan LPPM-Unisba.
Menurutnya, dalam proses penyaringan calon perangkat Desa Bendosewu, LPPM-Unisba merupakan pihak ketiga yang bertugas menyelenggarakan serangkaian tes yang terdiri dari tes tertulis berbasis komputer (computer-assisted test/CAT), tes wawancara, dan tes kemampuan praktis.
Tes itu, ujarnya, berlangsung di Gedung SMAN Talun pada Selasa 19 November 2024 yang diikuti calon perangkat desa dari 3 desa di Kecamatan Talun, yakni Desa Bendosewu, Desa Jajar, dan Desa Jeblog.
“Jadi kami hanya menyelenggarakan tes penyaringan melalui tiga jenis tes tersebut. Penjaringannya bukan kewenangan kami tapi kewenangan panitia dari pemerintah desa masing-masing,” ungkapnya.
Kata Heri, dalam proses tes tertulis tidak dimungkinkan adanya praktik saling contek di antara para peserta karena setiap peserta tes menghadapi 100 soal yang berbeda-beda yang komposisi masing-masing soal diacak dari sekitar 300 bank soal yang ada.
Dengan demikian, ujarnya, sekalipun terdapat kesamaan sejumlah soal yang dihadapi oleh masing-masing peserta tes, nomor urut dari soal-soal yang sama itu pasti berbeda antara peserta yang satu dengan yang lain.
“Intinya tidak mungkin terjadi manipulasi di sini. Apalagi saling contek. Setiap peserta mengahadapi 100 soal yang berbeda-beda dengan waktu penyelesaian 90 menit,” ungkapnya.
“Begitu peserta menekan tombol selesai atau ‘finish’, maka nilai yang setiap peserta dapatkan pun langsung muncul, dan dapat dilihat oleh yang peserta saat itu juga,” imbuh Heri.
Heri mengakui bahwa penilaian secara manual diberikan pihaknya untuk tes wawancara dan tes pengetahuan praktis. Namun, ia memastikan bahwa penilaian yang diberikan tim bersifat terbuka dan dapat diuji independensinya.
Khusus untuk tiga formasi posisi perangkat Desa Bendosewu, ujarnya, terdapat 11 peserta tes yang disodorkan oleh panitia seleksi.
Dari 11 peserta tersebut, lanjutnya, pihaknya memberikan kepada panitia seleksi 6 nama peserta yang memperoleh nilai tertinggi.
“Kami sampaikan 6 nama yang mendapatkan nilai tertinggi. Dari 6 itu, kepala desa dengan rekomendasi camat yang berwenang memilih 3 orang untuk menduduki 3 posisi perangkat Desa Bendosewu yang dibutuhkan,” terangnya.