Wacana Ekstrakurikuler E-Sport ML, Pengamat Pendidikan: Keniscayaan di Era Digital yang Harus Dikelola

Wacana Ekstrakurikuler E-Sport ML, Pengamat Pendidikan: Keniscayaan di Era Digital yang Harus Dikelola

Pengamat Pendidikan Isa Anshori. -Arif Alfiansyah-

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Wacana pemerintah untuk memasukkan cabang e-sport populer, Mobile Legend (ML), ke dalam daftar kegiatan ekstrakurikuler sekolah menuai sorotan publik.

BACA JUGA:DPRD Surabaya Kritik Keras Rencana Ekskul Mobile Legend di Sekolah 

Menanggapi dinamika ini, Pengamat Pendidikan Isa Anshori memberikan pandangannya, menyebut langkah tersebut sebagai sebuah keniscayaan yang tak terelakkan di tengah derasnya arus perkembangan teknologi.


Mini Kidi-- 

"Menurut saya, ini kan sebuah keniscayaan. Artinya ini bagian dari tuntutan perkembangan teknologi, dan anak-anak itu kan sudah cukup banyak mengenal e-sport," ujar Isa Anshori, diwawancarai memorandum.co.id, Kamis 3 Juli 2025.

Ia melihat realitas di mana permainan seperti Mobile Legend telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia anak-anak dan remaja saat ini.

BACA JUGA:Seniman Surabaya Resah, Evaluasi Ulang Ekskul Mobile Legends Masuk Sekolah 

"Apalagi anak-anak itu suka mainan seperti Mobile Legends dan macam-macam itu ya. Nah, menurut saya, saya kira itu menjadi sebuah keniscayaan," tambahnya.

Meski demikian, Isa menekankan bahwa persetujuan terhadap ide ini tidak boleh berhenti pada sekadar pengakuan atas popularitas game. Menurutnya, tantangan sesungguhnya terletak pada perancangan program ekstrakurikuler tersebut.

BACA JUGA:Game Online Mobile Legends Jadi Ekstrakurikuler Sekolah, Langkah Inovatif atau Kontroversi? 

"Tinggal bagaimana kemudian ekstrakurikuler itu menjadi sesuatu yang memang betul-betul mampu mendorong perkembangan kualitas SDM, khususnya di Surabaya," tegasnya.

Isa menganalogikan kehadiran teknologi, termasuk e-sport, layaknya pisau bermata dua yang memiliki sisi positif dan negatif. Di satu sisi, esport dapat mengasah kemampuan berpikir strategis, kerja sama tim, dan kecepatan mengambil keputusan.

BACA JUGA:Honor of Kings, Game MOBA Baru Siap Mengguncang Dominasi Mobile Legends di Indonesia 

Namun di sisi lain, ancaman kecanduan, terganggunya jam belajar, hingga paparan konten negatif menjadi kekhawatiran utama masyarakat.

"Bicara soal dampak, semua pasti berdampak. Teknologi itu ibarat pisau bermata dua, ada dampak positif dan ada dampak negatif," jelas Isa.

BACA JUGA:Mobile Legends Update Terbaru Season 32: Meta Assassin Comeback? Simak Penjelasannya! 

Oleh karena itu, ia menyimpulkan bahwa tugas utama dunia pendidikan saat ini adalah menciptakan sebuah sistem yang mampu mengelola kedua sisi tersebut. Langkah-langkah untuk memitigasi dampak buruk harus menjadi prioritas, selaras dengan upaya untuk memaksimalkan potensi positif yang ditawarkan.

"Tugas utama sekarang dari tugas pendidikan itu bagaimana meminimalisir dampak negatif. Lalu dampak positifnya dikembangkan," ungkapnya.

BACA JUGA:Item Build Mobile Legends 2024: Panduan Lengkap untuk Dominasi Arena 

Pada akhirnya, keberhasilan implementasi ekstrakurikuler e-sport ini akan sangat bergantung pada kemampuan para pemangku kebijakan di bidang pendidikan untuk merancang sebuah program yang terstruktur, terarah, dan bertanggung jawab.

 BACA JUGA: Menaklukkan Land of Dawn: 5 Hero Support Terbaik di Season 32 Mobile Legends (Update 2024)

"Ya, jadi menurut saya sih itu fokus bahwa tuntutan teknologi itu harus dijawab. Satu sisi, menekan dampak negatif harus dilakukan," pungkasnya. (alf)

Sumber: