Awas! Caleg Gagal Bisa Depresi hingga Kehilangan Akal

Awas! Caleg Gagal Bisa Depresi hingga Kehilangan Akal

Psikolog dari Lembaga Psikologi Dr Soetomo Surabaya, Antony. --

SURABAYA, MEMORANDUM-Menurut psikolog dari Lembaga Psikologi Dr Soetomo Surabaya, Antony, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi caleg yang gagal hingga membuatnya mengalami depresi bahkan sampai kehilangan akal. 

"Caleg yang gagal dan kemudian memasuki fase gangguan jiwa biasanya memiliki riwayat klinis tertentu atau mempunyai masalah emosional dan kepribadian sebelumnya. Mekanismenya komplek bukan tiba-tiba ikut pemilu lalu gagal bisa gila. Gagal di Pemilu hanya menjadi pemicu calon legislatif mendadak mengalami gangguan jiwa, " papar Antony.

BACA JUGA:Fenomena Caleg Depresi, Baktiono: Akibat Money Politic

Secara psikologis, menurut Antony, ada beberapa hal yang dapat terjadi saat calon legislatif gagal meraih keinginannya. Mulai dari rasa kecewa, depresi, hingga gangguan jiwa

BACA JUGA:SSC: Caleg Gagal Harus Lapang Dada dan Berjiwa Besar

"Gangguan kejiwaan ini juga merupakan buntut dari tidak sesuainya ekspektasi dan kenyataan yang diterima oleh calon legislatif, " jelasnya. 

Semakin tinggi harapan dan semakin tidak sesuai dengan kenyataan, lanjut Antony, semakin besar pula emosi negatif yang akan dirasakannya. Emosi negatif itu dapat berupa rasa kecewa, sedih, frustasi, atau depresi.

"Calon legislatif dapat tidak menerima hasil Pemilu, lalu mencari-cari kesalahan seperti penggelembungan suara. Ini merupakan tanda seseorang tidak menerima kegagalan, " jelasnya. 

Ditanya apa yang seharusnya dilakukan setelah gagal untuk menjadi calon legislatif, Antony menjelaskan bahwa calon legislatif yang gagal harus mampu untuk mengontrol emosi, perhatian dan perilaku ketika menghadapi permasalahan, mengerti kondisi emosi dan pikiran orang lain sehingga mempunyai hubungan sosial yang baik, mampu untuk mengidentifikasi. 

"Sebab dari permasalahan yang mereka hadapi ialah kekecewaan ketika kegagalan, " terangnya. 

Lebih lanjut, para calon legislatif mampu mengendalikan keinginan yang bersifat impulsif dalam kondisi tertekan dan meyakini bahwa solusi yang diterapkan atas permasalahannya merupakan solusi yang efektif. Dasarnya adalah kepercayaan bahwa terdapat masa depan yang lebih baik. 

"Para calon legislatif juga mampu untuk meningkatkan aspek-aspek positif kehidupannya dan berani menghadapi kegagalan yang memalukan. Pemahaman dan dukungan keluarga serta teman-teman, pengalaman kegagalan pencalegan, kepercayaan diri untuk mengontrol arah hidup, religiusitas menjadi sumber resiliensi (kemampuan untuk bangkit dan pulih) para calon legislatif yang gagal, " pungkasnya. (alf)

Sumber: