Pandangan Psikolog : Pengaruh Media Sosial pada Anak Landasan Perilaku SelfHarm
Dosen Psikologi Universitas Airlangga dan Pakar Anak, Atika Dian Ariana. Maraknya SelfHarm di Kalangan Anak SMP.--
SURABAYA, MEMORANDUM-Fenomena kasus selfharm di kalangan siswa SMP marak terjadi belakangan ini. Problem tersebut menjadi sorotan Dosen Psikologi Universitas Airlangga dan Pakar Anak, Atika Dian Ariana, MSc MPsi.
Pihaknya mengungkapkan pandangannya terkait perkembangan perilaku anak SMP yang terpengaruh oleh tayangan media sosial yang terus-menerus.
"Saat dalam masa SMP, anak-anak masih berada dalam fase pubertas, dimana perilaku belajar amati dan meniru menjadi ciri khas. Mereka terpapar tayangan sosial media secara terus-menerus, dan mungkin melihat self-harm sebagai cara efektif untuk mendapatkan perhatian atau mengekspresikan diri. Motifnya bervariasi, ada yang karena perhatian, ada pula yang benar-benar mengalami selfharm," pernyataan Atika.
BACA JUGA:Komisi III DPR RI Rapat dengan Jaksa Agung, Bahas Penegakan Hukum Jelang Pemilu 2024
Atika menyoroti bahwa anak SMP yang terpapar tayangan media sosial secara berlebihan cenderung menganggap self-harm sebagai metode yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu, baik itu mendapatkan perhatian atau sebagai bentuk pengalihan dari masalah psikologis yang sulit diatasi.
BACA JUGA:UWG Malang Resmi Buka Jalur Program RPL
“Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam menangani kasus selfharm di kalangan anak SMP adalah membedakan antara tindakan nyata dan perilaku meniru. Pentingnya memberikan perhatian pada perubahan perilaku dan mencari bantuan profesional ketika diperlukan,”ujarnya.
Dampak selfharm tidak hanya bersifat fisik, melibatkan luka dan rasa sakit sementara, tetapi juga mencakup dampak psikologis yang kompleks. Setelah merasakan lega, individu sering mengalami perasaan bersalah, berdosa, dan malu. Hal ini dapat memicu isolasi sosial, konflik keluarga, dan meningkatkan tingkat kesepian.
Seiring dengan peningkatan penggunaan media sosial, perbandingan sosial menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku remaja. Atika mengakui bahwa media sosial menyajikan tantangan baru dalam pencarian identitas diri, yang dapat memicu perasaan tidak nyaman dan rendah diri.
Dalam konteks ini, fenomena selfharm di kalangan anak SMP tidak dapat dipisahkan dari dampak media sosial yang terus berkembang. Pemahaman mendalam terhadap kompleksitas perilaku ini menjadi kunci dalam upaya menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi generasi muda.
(alf)
Sumber: