Derita Rindu Ditinggal Suami Pergi tanpa Pamit (4-habis)

Derita Rindu Ditinggal Suami Pergi tanpa Pamit (4-habis)

Alasan Ningsih tidak melapor ke polisi, percuma saja: duitnya tidak bakal balik. Pasrah saja. Kembalikan semua kepada Gusti Allah. Ningsih yakin nanti pasti diganti lewat jalan lain. Reno menyimpan informasi dari Kahar tadi. Tidak terburu-buru memberi tahu Rindu, apalagi mengkrosceknya ke Dewa. Hanya, diam-diam Reno mencoba mencari informasi lain dari beberapa pihak. Sayang, sebelum Reno sempat menjalankan rencana tadi, suatu hari dia memergoki Rindu menangis. Ketika ditanya, sambil menahan tangis lebih keras, Rindu bercerita bahwa suaminya sudah beberapa hari ini tidak pulang. Sudah dihubungi beberapa kali selalu gagal. HP-nya mengeluarkan nada panggil tapi tidak diangkat. WA-nya tidak dibalas. Kelihatannya tidak dilihat. Apalagi dibaca. Centang satu. Reno mencoba melacak menggunakan nomor HP Dewa. Dia minta tolong teman yang jago IT. Tapi, kata temannya tersebut, nomor HP Dewa tidak aktif. Dicoba beberapa kali tidak ada respons sama sekali. Reno mencoba menghubungi lagi. Benar. Kali ini terdengar nada tidak aktif. Dia lantas mencoba melacak keberadaan Dewa dengan mendatangi alamat-alamat yang diketahui. Zonk! Orang-orang yang tinggal di alamat-alamat tadi ternyata tidak begitu akrab dengan Dewa. Sebagian besar bahkan hanya satu-dua kali bertemu. Orang-orang yang selama ini diperkenalkan sebagai keluarga Dewa nyatanya hanya keluarga yang diindekosi. “Pak Dewa itu orangnya luman. Royal dan tidak itungan. Makanya kami bangga-bangga saja diakui sebagai keluarga,” kata seorang ketua RW yang dikosi Dewa. “Sekarang kira-kira di mana dia? Pak RW tahu?” tanya Memorandum kepada Pak RW ketika diajak Reno melacak keberadaan Dewa. Pak RW bingung. Tidak bisa menjawab. Dia malah memanggil istrinya yang masih tampak muda. “Ibuk tahu di mana Dewa?” tutur Pak RW. Bu RW menggeleng. “Kami omong-omongan terakhir hari Senin. Lima atau enam hari lalu. Waktu itu kami guyon. Dia malah sempat nyesel-kan beberapa lembar ratusan ribu ke sini,” kata Bu RW sambil menunjukkan belahan dada. Memorandum juga sempat diajak Reno ke beberapa tempat yang selama ini sering dijadikan tempat cangkruk Dewa. Kami mendaftar satu per satu tempat tersebut, kemudian mendatangi satu demi satu. Semua nihil. Terakhir kami menemui seorang lelaki paruh baya yang katanya orang dekat Dewa. Usianya sudah lumayan lanjut. Sekitar 65 tahun. “Ya. Saya pamannya. Tapi sudah lama kami tidak ketemu. Terakhir Lebaran lima tahun lalu. Waktu itu saya dikasih amplop cukup tebal,” kata lelaki itu. (jos, habis)    

Sumber: