Buruh Batu Pantai Selatan Lumajang Bertaruh Nyali di Tengah Ombak Demi Rupiah

Buruh Batu Pantai Selatan Lumajang Bertaruh Nyali di Tengah Ombak Demi Rupiah

Maryani (50) mencari batu hias untuk kebutuhan hidup--

LUMAJANG, MEMORANDUM.CO.ID - Langit mendung menggantung di atas Pantai Bambang, Desa Bagu, Kecamatan Pasirian, Kabupaten  LUMAJANG, Jawa Timur. Deburan ombak berkejaran di bibir pantai membawa serta batu-batu hitam berkilau yang menjadi harapan bagi para pencari batu hias taman. Sejak pagi, Maryani (50 th) sudah membungkuk, memilah, dan mengumpulkan batu yang terbawa arus. Tangannya yang mulai keriput tak henti-hentinya meraih butiran batu pantai yang berserakan di pasir.

"Biasanya kalau sendiri ini bisa dapat 10 karung batu kalau sehari, ini mumpung ombaknya tinggi batunya banyak muncul. Walaupun takut tetap dijalani karena sekarang batunya banyak," kata Maryani sambil menepiskan air dari wajahnya.

BACA JUGA:Miliki Nilai Jual Tinggi, Ini Keunggulan dan Manfaat Batu Badar Besi Semeru Khas Lumajang


Mini Kidi--

Profesi sebagai pencari batu bukan pekerjaan mudah. Ombak pantai selatan yang dikenal ganas sering kali menjadi ancaman. Namun, bagi Maryani dan para buruh batu lainnya, ombak besar justru membawa rezeki. Dalam tiga hari penuh, seorang buruh bisa mengumpulkan hingga 40 karung batu, masing-masing seberat 20 kilogram. Batu yang dikumpulkan itu kemudian dijual kepada pengepul dengan harga Rp.5 ribu per karung.

Di sela-sela Maryani mengumpulkan batu, Kamis 30 Januari 2025, Ngatiman (57th), pencari batu lain, duduk di atas karung yang sudah terisi penuh. Keringatnya bercampur dengan pasir halus yang menempel di lengan. Ia mengakui bahwa gelombang pasang membawa berkah, tetapi juga ancaman besar bagi mereka yang bergantung hidup dari hasil laut ini.

BACA JUGA:Tebing Batu Besar Runtuh Tutupi Akses Jembatan Gantung Gladag Perak

"Kalau ombak kecil, batu yang muncul lebih sedikit. Sampai-sampai dua hingga tiga minggu bisa nggak ada yang bisa dikumpulkan untuk dijual. Jadi, kalau ombak tinggi, banyak yang tetap turun ke pantai meski risikonya lebih besar," ujar Ngatiman sambil menatap laut lepas.

Risiko yang dimaksud bukan sekadar terpeleset atau terseret ombak. Beberapa buruh batu pernah mengalami kejadian berbahaya saat ombak besar datang tiba-tiba, menyeret batu dan pasir dalam jumlah besar. Tak jarang, pencari batu harus berlindung di balik bongkahan karang atau bergegas naik ke daratan agar tak terseret arus balik.

BACA JUGA:Gempa Picu Longsor di Lumajang, Guru SMA Mataram Tempursari Tewas Tertimpa Batu

"Ini enaknya kalau ombak pasang itu batunya lebih banyak, jadi penghasilannya juga bisa dapat lebih. Tapi memang lebih bahaya, jadi harus lebih hati-hati. Apalagi kalau sudah narik lagi air lautnya, itu biasanya kalau datang bisa lebih besar lagi," imbuh Maryani.

Di Pantai Bambang, pencarian batu bukan sekadar profesi, tetapi jalan hidup. Tak ada jaminan penghasilan tetap, tak ada perlindungan asuransi. Semua bergantung pada kemurahan alam. Saat musim hujan tiba dan ombak makin liar, para buruh batu harus bersiap menghadapi ketidakpastian. Kadang mereka pulang dengan karung-karung penuh batu, kadang harus menunggu berhari-hari hanya untuk mendapatkan segenggam batu pantai.

BACA JUGA:Kasus Lempar Batu Dibalas Pembacokan Dipicu Dendam Lama

Bagi Maryani dan Ngatiman, bertaruh nyali di tengah ombak bukan pilihan, melainkan keharusan. Demi menyambung hidup, mereka terus bertahan, berharap esok laut masih bersedia memberi mereka rezeki.(Ags)

Sumber: