Pengeroyokan Brutal di Jalan Rajawali Coreng Wajah Surabaya Sebagai Kota Layak Anak
Pemerhati anak dan pendidikan, M. Isa Anshori.--
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Peristiwa tawuran di Jalan Rajawali pada Minggu 5 Januari 2025 menjadi sorotan tajam, menggores luka mendalam pada citra SURABAYA sebagai Kota Pahlawan. Tidak hanya mengganggu ketertiban umum, peristiwa ini juga mengungkap sisi gelap dari persoalan kenakalan remaja yang semakin mengkhawatirkan dan meresahkan masyarakat.
Pemerhati anak dan pendidikan, M. Isa Anshori turut menyuarakan keprihatinannya. Sebagai kota yang berambisi menjadi kota layak anak, Surabaya seharusnya memiliki benteng pertahanan yang lebih kokoh untuk melindungi anak-anak dari kekerasan. Ironisnya, pelaku kekerasan pun kerap berasal dari kalangan remaja.
"Sebagai kota yang modern dan menegaskan dirinya sebagai kota yang layak anak, Surabaya tentu diharapkan mempunyai mekanisme bagainana melindungi anak-anak dari tindak kekerasan. Namun kadangkala juga pelaku kekerasan terhadap anak pelakunya juga anak anak, sehingga dibutuhkan mekanisme sistem mencegah perbuatan kekerasan yang berdampak pada orang lain," kata Isa Anshori kepada Memorandum, Senin 6 Januari 2025.
BACA JUGA:Teror Gangster Kembali Pecah di Surabaya, Pemuda Dibacok Brutal di Jalan Rajawali
Dalam upaya mencegah kekerasan yang melibatkan anak, Isa Anshori menyarankan kolaborasi yang lebih erat antar berbagai pihak mulai dari tingkat kampung hingga kota. Isa Anshori, mendesak pemerintah kota untuk lebih proaktif dalam mencegah kekerasan anak.
"Di Surabaya, kita punya banyak instrumen seperti satgas perlindungan anak, KSH, Satpol PP dan kepolisian. Nah dalam rangka mengantisipasi dan menekan itu, kolaborasi instrumen mulai dari tingkat kampung sampai dengan kota pelru dikolaborasikan sebagai mekanisme sistem pencegahan," paparnya.
Selain itu untuk memberi efek jera berupa disiplin positif agar anak tumbuh dan bisa bertanggung jawab, Surabaya mempunyai sekolah kebangsaan sebagai bagian dari pendidikan karakter, mendisiplinkan dan menumbuhkan empati dan rasa tanggung jawab.
BACA JUGA:Korban Pembacokan Brutal di Jalan Rajawali ternyata Pulang Kopdar Bonek
Ia mengusulkan kerja sama yang lebih erat antara sekolah dengan institusi lain seperti kepolisian, TNI, dan Satpol PP untuk mencapai tujuan ini.
"Bagi saya menjadi penting menjadikan sekolah kebangsaan sebagai instrumen menumbuhkan disiplin positif tersebut melalui kerja sama dengan institusi lain dan yang ada di pemkot. Misalnya dengan kepolisian atau TNI serta Satpol PP. Bentuk aktifitas pendisiplinan dan tanggung jawab bisa anak anak diminta berbakti sosial ke tempat tempat yang bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab dan empati," paparnya.
Lebih lanjut Isa Anshori menyampaikan pembelajaran disiplin positif harus menjadi bagian kontinu dari kurikulum sekolah, tidak hanya sekedar kegiatan sesaat.
BACA JUGA:Gangster Bikin Rusuh di Jalan Rajawali Diduga Sepakat Janjian Tawuran dengan Kubu Lain
"Harus disusun kurikulum pembelajaran disiplin positifnya dan tidak cukup satu hari, bisa satu bulan atau dua minggu di sekolah tersebut. Proses itu juga dianggap sebagai proses yang berlangsung di sekolah masing masing anak," pungkasnya.
Sebagai informasi Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak bersama Polsek Pabean Cantikan berhasil melumpuhkan komplotan pelaku pengeroyokan dan pembacokan sadis terhadap Muhammad Arif Setiabudi di Jalan Rajawali pada Minggu 5 Januari 2025.
Sumber: