Peran Kiai Pesantren dalam Menjaga Stabilitas Demokrasi Menjelang Pilkada 2024
Baijuri, M.E. (Ketua PMII Jawa Timu (Penulis)--
BACA JUGA:Satpolairud Polres Jember Ajak Nelayan Jaga Kedamaian Jelang Pilkada
Weber menyebut bahwa tokoh agama memiliki peran yang cukup urgent dalam komunal masyarakat. Demikian juga peran tokoh agama yang disebut penulis adalah kiai pesantren.
Dalam momentum Pilkada 2024, kiai pesantren bisa menjadi sosok yang bisa menjembatani moderasi ditengah memanasnya konflik dan anomali yang ditengarai Pilkada.
Dalam konteks Pilkada, kiai pesantren memiliki peran yang sangat penting. Mereka mampu mengarahkan masyarakat untuk tidak terjebak dalam politik uang, kampanye hitam, atau narasi-narasi negatif yang merusak tatanan demokrasi.
Kiai juga mampu menjadi penengah dalam konflik yang muncul akibat perbedaan pilihan politik, sehingga menjaga integritas, persatuan dan kesatuan tetap terjaga di tengah masyarakat.
BACA JUGA:Sidak Gudang Logistik KPU, Pansus Pilkada DPRD Jember Pastikan Proses Sorlip Steril
Peran Kiai dalam Menjaga Stabilitas Demokrasi Menjelang Pilkada 2024
Demokrasi membutuhkan stabilitas sosial untuk dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini, kiai pesantren memiliki beberapa peran penting yang tidak dapat diabaikan. Adapun peran Kiai Pesantren menurut hemat penulis, sekurang-kurangnya sebagai berikut:
Pertama, menjadi Penjaga Moralitas Politik. Kiai pesantren memiliki kewibawaan moral yang diakui oleh berbagai kalangan. Dalam konteks Pilkada, kiai dapat bimbingan terhadap masyarakat agar memilih pemimpin berdasarkan integritas, kompetensi, dan keberpihakan pada kepentingan rakyat.
Dengan pendekatan berbasis moralitas agama, kiai mampu mengingatkan pentingnya etika dalam berpolitik, baik bagi kandidat maupun bagi pemilih secara luas.
BACA JUGA:KPU Gandeng TNI-Polri dan Awak Media Pastikan Pilkada Serentak Aman dan Terkendali
Kedua, mediator Konflik Sosial dan Politik Polarisasi politik menjelang Pilkada sering kali menimbulkan konflik di tengah masyarakat. Dalam hal ini, kiai pesantren dapat berperan sebagai mediator yang menenangkan suasana.
Pendekatan kiai pesantren yang berdasarkan nilai-nilai agama, dominan lebih diterima oleh masyarakat dibandingkan pendekatan formal yang dilakukan pemerintah atau pihak keamanan.
Ketiga, Penyebar Narasi Positif Di era informasi. Di era disrupsi, hoaks dan ujaran kebencian menjadi ancaman besar bagi demokrasi. Kiai pesantren, dengan pengaruhnya, dapat menjadi narator yang menyebarkan narasi-narasi positif.
Mereka dapat menggunakan mimbar dakwah, pengajian, bahkan media sosial untuk mengkampanyekan dan meluruskan informasi yang salah. Demikian juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berdemokrasi dengan damai.
Sumber: