Pengabdian Dosen Unugiri Kembangkan Ekonomi Kreatif Pesantren Melalui Olahan Singkong
Tim Dosen Unugiri saat melakukan pengabdian--
BACA JUGA:Mahasiswa PBI Unugiri Lakukan Fun English Literacy di MI Al-Manshur
Tahap penerapan teknologi dilakukan dengan memanfaatkan peralatan sederhana yang sudah dimiliki pesantren, seperti alat pemotong, tampah, ember fermentasi, dan mesin penepung. Fermentasi singkong dilakukan selama tiga hari, diikuti dengan penjemuran dan penggilingan hingga menjadi tepung berkualitas.
Sementara itu, tahap pendampingan dan keberlanjutan mencakup pembentukan manajemen produksi, mulai dari struktur pengurus hingga distribusi produk. Harapannya, produksi tidak berhenti pada tahap pelatihan saja, tetapi berlanjut secara mandiri dan profesional.
BACA JUGA:PKM Unugiri Bojonegoro Gelar Pelatihan Ensiklopedia Budaya Lokal untuk Guru PAUD di Tuban
Kegiatan ini melibatkan total 51 peserta, terdiri dari 30 santri, 12 ustadz-ustadzah, 3 perwakilan wali santri, 5 orang tim pengabdian, dan 1 narasumber. Seluruh peserta menunjukkan antusiasme tinggi selama kegiatan berlangsung.
“Melalui pelatihan ini, kami berharap para santri tidak hanya fokus pada pembelajaran keagamaan, tetapi juga memiliki bekal keterampilan wirausaha berbasis potensi lokal. Ini akan menjadi bekal penting bagi mereka kelak ketika kembali ke masyarakat,” tambah Ulva.
BACA JUGA:Tim Sepak Takraw UNUGIRI Sabet 2 Medali Emas di POMPROV Jatim 2025
Salah satu santri menyampaikan kesannya dalam kegiatan pengabdian Dosen Unugiri tersebut.
“Saya baru tahu kalau singkong bisa dibuat tepung dan banyak macam olahan. Biasanya hanya direbus atau digoreng. Sekarang jadi lebih semangat untuk mencoba usaha kecil di rumah nanti,” ucapnya.
Dalam materi pelatihan juga dijelaskan keunggulan tepung mocaf dibanding tepung terigu. Tepung mocaf memiliki kadar abu rendah (0,4%) sehingga lebih sehat dan minim zat anorganik berbahaya. Selain itu, kandungan pati dan karbohidratnya tinggi, serta kaya serat yang mendukung sistem pencernaan. Tepung ini juga bebas gluten, cocok untuk penderita autisme, diabetes, dan intoleransi gluten.
Produk mocaf bisa digunakan untuk membuat aneka makanan seperti kue, bolu, camilan, hingga lauk pauk, yang membuka peluang besar untuk usaha mikro dan UMKM pesantren.
Melalui kegiatan ini, tim berharap Pondok Pesantren Al-Hidayah bisa menjadi contoh implementasi OPOP di wilayah Tuban, dengan mengangkat produk khas dari pesantren. Lebih jauh lagi, produk tepung mocaf dan camilan singkong ini bisa dipasarkan ke koperasi, toko kue, pasar tradisional, maupun platform daring.
“Program ini bukan sekadar pelatihan satu kali, tapi awal dari gerakan ekonomi kreatif pesantren. Kami akan terus mendampingi agar produksi dan pemasaran terus berjalan,” pungkas Ulva. (top)
Sumber:



