SURABAYA, MEMORANDUM - Pada bulan Maret kemarin, disampaikan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia bahwa angka pernikahan tahun 2023 mengalami penurunan sebesar 7,51% dibandingkan dengan tahun 2022. Pernyataan ini mendapatkan persetujuan dari gen milenial bahwa diri mereka belum memiliki kesiapan menikah di usianya.
Berikut adalah beberapa alasan yang disampaikan oleh para gen milenial alasan menunda pernikahan:
1. Ingin menikah dengan persiapan matang
Setelah disampaikan mengenai turunnya angka pernikahan, generasi milenial mengatakan bahwa mereka setuju dengan penurunan tersebut dikarenakan mereka memiliki pandangan ke masa depan. Mereka mengharapkan memiliki persiapan yang matang dari berbagai aspek seperi ekonomi, fisik, umur, mental, dan lainnya.
Mereka mulai membuka pandangan bahwa setelah menikah, kehidupan sesungguhnya akan dimulai. Hal ini yang membuat para gen milenial lebih baik mematangkan diri terlebih dahulu sebelum menikah, entah dari sisi perempuan maupun laki-laki.
Selain itu, dengan persiapan yang matang, mereka berharap memiliki keturunan yang berkualitas.
BACA JUGA:Tips Elegan Menghadiri Pernikahan Mantan: Antara Rasa dan Etiket
2. Tidak ingin salah pasangan
Selain itu, banyak juga dari mereka yang mengatakan bahwa tidak ingin memilih pasangan yang akan menemaninya seumur hidup. "Seumur hidup itu lama, maka pilihlah pasangan yang tepat.", "Anakku tidak bisa memilih ayahnya, tapi aku bisa memilih siapa ayah mereka."
Dua pemikiran itu adalah contoh dari banyaknya pemikiran lain yang disampaikan para gen milenial tentang memilih pasangan. Sudah banyak orang cerdas yang ingin memilih pasangannya dengan baik.
3. Menganggap bahwa menikah bukanlah perlombaan
Dari dulu, patokan menikah adalah umur. Bagi perempuan adalah 23 tahun harus sudah menikah, dan bagi laki-laki adalah 25 tahun.
Namun, sepertinya hal itu tidak berlaku untuk sekarang. Banyak dari gen milenial yang menganggap bahwa patokan menikah bukanlah umur, melainkan kesiapan untuk menjalani rumah tangga.
Bagi mereka, menikah bukanlah perlombaan, melainkan satu bentuk ibadah dengan kesiapan penuh.
4. Melihat semakin naiknya semua kebutuhan