Partisipasi Pemilih Pilkada Menurun Berada di Bawah 70 Persen, Pakar Politik Unair: Ancam Kualitas Demokrasi

Partisipasi Pemilih Pilkada Menurun Berada di Bawah 70 Persen, Pakar Politik Unair: Ancam Kualitas Demokrasi

Pakar Ilmu Politik Universitas Airlangga Irfa'i Afham. -Arif Alfiansyah-

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Partisipasi pemilih dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) tahun 2024 menunjukkan tren penurunan yang signifikan. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), tingkat Partisipasi pemilih pada Pilkada tahun ini berada di bawah 70 persen. Angka ini menunjukkan penurunan drastis dibandingkan Pilkada 2020 yang mencapai 76,09 persen.

BACA JUGA:Ketua Komisi A DPRD Surabaya Yona Bagus Apresiasi Kreatifitas TPS untuk Menarik Partisipasi Pemilih Pilkada

Pakar Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair), Irfa’i Afham menyebut fenomena ini mencerminkan skeptisisme masyarakat terhadap proses politik. Ia menambahkan bahwa banyak masyarakat menilai bahwa politik tidak berdampak pada kehidupan mereka sehari-hari. 

"Voting tidak dianggap prioritas, bahkan ketika pemerintah menetapkan hari libur Pilkada,” jelasnya. 

BACA JUGA:Anggota DPRD Surabaya Azhar Kahfi: Partisipasi Masyarakat Kunci Sukses Pilkada Surabaya

Irfai menjelaskan bahwa sejumlah masalah daerah yang tidak kunjung selesai, seperti kemiskinan, ketimpangan pembangunan, hingga maraknya kejahatan sosial, turut menyumbang rasa frustrasi publik. Praktik politik transaksional dan ketidaknetralan aparat juga semakin memperburuk kepercayaan publik.

"Publik semakin rasional, tapi kurangnya pendidikan politik mengarah pada rendahnya partisipasi pemilih," tambahnya.

BACA JUGA:Target 95 Persen, Pemkot Genjot Partisipasi Pemilih Khususnya Pemula

Penurunan partisipasi ini tidak hanya berdampak pada legitimasi pemimpin terpilih, tetapi juga pada kualitas demokrasi secara keseluruhan. Irfai menegaskan bahwa jika masalah ini tidak segera teratasi maka siklus apatisme politik akan terus berlanjut dan memperlemah demokrasi, terutama di tingkat daerah.

"Rendahnya partisipasi membuat legitimasi pemimpin dipertanyakan. Ketika praktik politik transaksional dinormalisasi karena alasan biaya politik yang tinggi, hal ini menurunkan kualitas demokrasi kita," terangnya. 

BACA JUGA:Tingkatkan Partisipasi Pemilih, KPU Surabaya Gelar Lomba Mural Pilkada Serentak 2024

Sebagai langkah awal, pihaknya menekankan pentingnya perbaikan demokrasi di internal partai politik. Ia mengatakan bahwa partai politik perlu memprioritaskan kaderisasi kepemimpinan yang demokratis, bukan hanya memilih kandidat yang memiliki modal besar.  

“Penting pula memastikan netralitas aparat untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap pemilu. Selain itu, generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, harus kita ajak terlibat aktif dalam isu-isu politik yang berdampak langsung pada kehidupan mereka,” tambahnya. 

BACA JUGA:Tingkatkan Partisipasi Pemilih, Panwascam Gubeng Adakan Sosialisasi Pilkada

Sumber: