Lebaran Idulfitri 1446 H: Menurunnya Daya Beli dan Tradisi Uang Baru

Lebaran Idulfitri 1446 H: Menurunnya Daya Beli dan Tradisi Uang Baru

Ilustrasi Idulfitri.-freepick.-

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID-Lebaran Idulfitri merupakan momen yang sangat dinanti-nanti oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Selain sebagai waktu untuk beribadah dan berkumpul dengan keluarga, Lebaran juga identik dengan berbagai tradisi yang melibatkan konsumsi, mulai dari membeli baju baru hingga memberikan uang baru sebagai angpao kepada anak-anak.

Namun, pada Lebaran Idulfitri 1446 H tahun ini, fenomena menurunnya daya beli masyarakat menjadi isu utama yang tak bisa diabaikan.

BACA JUGA:Jelang Libur Idulfitri, BJTI Pastikan Bongkar Muat dan Layanan Tetap Optimal

BACA JUGA:Polsek Sukomanunggal Intensifkan Sambang Warga dan Pemasangan Imbauan Kamtibmas Jelang Idulfitri


--

Penyebab Menurunnya Daya Beli

Di tengah semaraknya suasana Lebaran, banyak orang yang merasakan dampak dari krisis ekonomi yang sedang melanda Indonesia.

Krisis ini diperburuk dengan tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di berbagai sektor, terutama sektor informal dan industri yang terkena dampak langsung dari penurunan daya beli masyarakat.

Menurut data BPS, pengangguran di Indonesia pada tahun 2023 tercatat meningkat signifikan. Banyak keluarga yang sebelumnya dapat berbelanja dengan cukup leluasa, kini harus menekan pengeluaran mereka.

Hal ini berimbas pada daya beli masyarakat yang turun, terutama untuk barang-barang non-pokok seperti pakaian baru, pernak-pernik Lebaran, dan berbagai kebutuhan lainnya.

Selain itu, kenaikan harga bahan pokok dan kebutuhan dasar lainnya juga turut mempengaruhi anggaran keluarga.

Sementara itu, tren gaya hidup yang mengutamakan konsumsi barang baru pada saat Lebaran, meskipun melibatkan pengeluaran besar, tidak bisa begitu saja diabaikan oleh banyak orang yang masih ingin menjaga tradisi dan norma sosial di masyarakat.

Anak-anak dan Tradisi Uang Baru

Di sisi lain, bagi anak-anak, Lebaran tetaplah menjadi waktu yang sangat ditunggu. Meskipun kondisi ekonomi sedang sulit, uang baru atau "THR" (Tunjangan Hari Raya) dan baju baru tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran.

Bahkan bagi banyak anak, Lebaran adalah waktu yang penuh kegembiraan karena mereka tahu akan mendapatkan angpao yang berisi uang baru dari orang dewasa, baik dari orangtua, sanak saudara, maupun teman-teman keluarga.

Tradisi memberi uang baru di Lebaran memang sudah lama ada dan menjadi bagian dari kebahagiaan yang tak terelakkan.

Meskipun daya beli menurun, fenomena ini tetap berlangsung karena memberikan angpao dan baju baru adalah cara bagi orang dewasa untuk menyampaikan kasih sayang serta menjaga semangat dan keharmonisan dalam keluarga.

Selain itu, bagi anak-anak, uang baru dan baju baru memiliki nilai simbolis yang lebih besar daripada sekadar nilai nominal uangnya.

Tantangan Ekonomi di Tengah Tradisi

Di balik kebahagiaan anak-anak, ada tantangan besar yang harus dihadapi orang dewasa. Banyak keluarga yang terpaksa mengurangi anggaran untuk membeli pakaian baru atau kebutuhan non-pokok lainnya, demi memastikan bisa memenuhi tradisi memberikan uang baru kepada anak-anak.

Bahkan, dalam beberapa kasus, mereka harus berutang atau mencari cara untuk memenuhi ekspektasi sosial yang menuntut mereka untuk tetap tampil dengan baju baru dan memberikan angpao.

Meski demikian, di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu, banyak keluarga yang mulai beradaptasi dengan menurunkan standar konsumsi mereka, misalnya dengan membeli pakaian lebih sederhana, memanfaatkan diskon atau promo, serta mengurangi pengeluaran untuk acara-acara besar dan perayaan yang mengharuskan pengeluaran tinggi.

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Menghadapi Krisis Ekonomi

Untuk membantu masyarakat menghadapi krisis ekonomi ini, peran pemerintah sangat penting.

Selain memberikan bantuan sosial yang bisa meringankan beban masyarakat, pemerintah juga perlu memberikan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja, terutama di sektor-sektor yang terdampak PHK.

Dengan demikian, daya beli masyarakat diharapkan bisa kembali pulih.

Selain itu, sektor swasta dan pelaku ekonomi juga bisa membantu dengan memberikan program-program diskon atau potongan harga yang bisa meringankan pengeluaran masyarakat pada saat Lebaran.

Lebaran Idulfitri 1446 H memang membawa dua sisi yang kontras. Di satu sisi, ada penurunan daya beli masyarakat akibat krisis ekonomi dan tingginya angka PHK, namun di sisi lain, tradisi memberi uang baru dan baju baru tetap menjadi kenikmatan tersendiri bagi anak-anak yang menantikan momen tersebut.

Meskipun krisis ini menjadi tantangan besar, semangat Lebaran yang penuh kebahagiaan tetap bisa dirasakan jika setiap keluarga beradaptasi dengan kondisi yang ada dan menjaga nilai-nilai kebersamaan dalam keluarga.

Seiring berjalannya waktu, diharapkan adanya perbaikan kondisi ekonomi sehingga masyarakat dapat kembali menikmati kebahagiaan Lebaran dengan lebih leluasa tanpa harus terbebani oleh kesulitan ekonomi.

Sumber: