Perang Sarung

Perang Sarung

Tri Haryoko--

Selain itu, Pemkot Surabaya juga menggerakkan setiap kecamatan dan kelurahan untuk berkoordinasi dengan masing-masing RW.

Mereka diminta bersama-sama menjaga perkampungan dari kegiatan negatif dan meresahkan warga.

Upaya tersebut dilakukan karena kita tentu tidak bisa melakukan penjagaan kota ini dengan satu atau dua personel.

Tapi bagaimana masing-masing menjaga kampung kita dengan kemampuan kita sendiri. Intinya, warga bersama-sama peduli dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Apalagi dari kegiatan yang dapat meresahkan warga hingga perbuatan kejahatan.

Selain itu yang tak kalah penting adalah peran serta orangtua dalam melakukan pengawasan kepada anak-anaknya.

Perlunya pemahaman akan dampak ataupun bahaya kegiatan negatif itu tak hanya akan berimbas pada diri sendiri namun juga orang lain.

Karena jika tak dicegah sedini mungkin, maka dikhawatirkan rutinitas yang dilakukan saat ini bisa berpengaruh tumbuh kembang anak.

Pengalihan kepada kegiatan-kegiatan keagamaan sepertinya juga merupakan bentuk tanggungjawab orang tua.

Yang jelas kedekatan antara orang tua dan anaknya akan menjadi salah satu kunci meminimalisir kegiatan anak di luar rumah, tentunya fungsi kontrol yang ketat akan jadi solusi.

Dalam hal ini fungsi-fungsi pencegahan di lingkungan internal keluarga tertunya akan lebih efektif, sehingga perlahan akan menghilangkan kelompok-kelompok remaja yang terhimpun dalam kelompok yang berperilaku negatif itu.

Apresiasi juga patut diacungkan juga kepada pemerintah kota Surabaya dengan menindak pelaku perang sarung dengan memberikan hukuman sosial berupa menempatkan mereka yang terjaring perang sarung ke UPTD Liponsos, dengan disanksi merawat penghuni disana. Termasuk juga dengan upaya menghadirkan orang tua pelaku perang sarung.

Sedangkan yang terbukti melanggar hukum, seperti membawa senjata tajam (sajam) hingga terbukti melukai korbannya tentu langsung diarahkan ke sanksi pidana serta diproses hukum di kepolisian.

Sejatinya, perang sarung yang masih tetap marak di saat bulan Ramadan hanya didasari rasa ingin menunjukkan eksistensi sebagai seorang remaja, namun justru malah mengganggu ketertiban umum.

Karena itu untuk para remaja disarankan agar lebih memilih melaksanakan ibadah keagamaan di bulan suci Ramadan, terlebih sarung selama ini sangat lekat dengan aktivitas kemasyarakatan, yakni untuk beribadah.

Sumber: