Pj Gubernur Jatim Tinjau Langsung Lokasi Banjir di Mojokerto

Pj Gubernur Jatim Tinjau Langsung Lokasi Banjir di Mojokerto

Pj Gubernur Jawa Timur saat melihat langsung tanggul yang jebol. --

MOJOKERTO, MEMORANDUM - Banjir yang melanda Desa Kedung Gempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, yang disebabkan jebolnya tanggul Sungai Sadar, hingga saat ini masih belum surut. 

Dalam kesempatan ini, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur dengan didampingi oleh Bupati Mojokerto, mendatangi ke lokasi terdampak banjir. Tiba di balai desa, Pj Gubernur Jatim menyalami para pengungsi. Setelah itu bertolak menuju lokasi tanggul yang jebol dengan jalan kaki. 

Penanganan untuk menutup tanggul yang jebol masih trrus dilakukan pihak terkait agar air dari Sungai Sadar dapat dihentikan. Sudah tahu dan melihat penyebab banjir, yakni tanggul yang jebol ada tiga titik. Namun yang besar hanya satu titik. 

BACA JUGA:Tanggul Jebol, Ribuan Rumah di Mojokerto Terendam

"Dan upaya yang dilakukan saar ini yakni menutup sementara tanggul yang jebol dengan sesak dan sandbag. Nanti sambil berjalan, yang penting tutup dulu. Untuk permanen tidak bisa, karena menunggu air surut," terang Penjabat (Pj) Gubernur Jatim, Adhy Karyono saat di lokasi tanggul jebol, Rabu (06/3/2024). 

BACA JUGA:Truk Tangki Terguling 3 Kali di Perbatasan Sidoarjo-Mojokerto

Adhy mengatakan, bahwa disisi lain yang paling utama adalah penyelamatan. Karena jumlah terdampak banjir sangat besar. Tugasnya adalah, bagaimana memenuhi kebutuhan dasar logistiknya. Pertama tempat pengungsian, dan permakanan. 

"Insyaallah permakanan tidak ada masalah. Kami siap, dari BPBD, semua peralatan tidur dan yang lain sudah kita siapkan. Tinggal mencari supaya terpecah, agar pelayanan lebih maksimal," katanya. 

Berikutnya, ungkap Adhy, yang pasti adalah masalah kesehatan. Pihaknya sudah siapkan juga koordinasi dari Dinkes Kabupaten Mojokerto maupun provinsi untuk bisa langsung melayani kesehatan. Tidak perlu perintah-perintah lagi. 

"Otomatis, setiap ada titik kumpul pengusngsian harus ada layanan kesehatan," ungkapnya. 

Adhy memaparkan, untuk kedaruratan, karena ini menjadi besar, maka ini bisa menjadi dasar bagi pemerintah untuk mengeluarkan bantuan lebih besar lagi. Untuk biaya permanen, ada beras cadangan pemerintah sebanyak 100 ton dalam setahun yang memang jatah kabupaten/kota dalam menangani bencana. 

"Itu memang jatahnya. Silahkan diambil mau berapa kebutuhannya. Dihitung berapa yang terkena dan untuk masak. Kalaupun nanti kembali,  bisa diberikan beras per rumah. Itu bagian dari kita meringankan beban," paparnya. 

Adhy menegaskan, konsentrasi saat ini ada dua hal. Daruratnya, bagaimana menutup tanggul yang jebol, dan layanan kemanusiaan harus terpenuhi semuanya. Yang paling penting adalah kelompok rentan, sepeti lansia, anak-anak, ibu hamil, itu yang paling diutamakan untuk di tempat permanen. 

"Berikutnya bukan yang rentan bisa di tempat biasa. Kami sampaikan jangan khawatir, untuk urusan logistik sudah kami siapkan," tegasnya.  

Sumber: