Harus Kreatif meski Teknologi AI Menjamur, Belajar dari Dwi Prasetyo, Fotografer Kaya Pengalaman

Harus Kreatif meski Teknologi AI Menjamur, Belajar dari Dwi Prasetyo, Fotografer Kaya Pengalaman

Dwi Prasetyo (kiri) dan host podcast MemorandumTV Eko Yudiono.--

SURABAYA, MEMORANDUM-Jurnalis serta fotografer senior Dwi Prasetyo berbagi cerita di Podcast MemorandumTV, Rabu, 6 Desember 2023. Antara lain terkait dunia fotografi di tengah digitalisasi media sosial (medsos) yang luar biasa.

Lulusan Fakultas Hukum Unair 1992 ini juga berbicara mengenai wedding fotografi yang kini juga ngetren. Semuanya bisa disaksikan di channel YouTube MemorandumTV yang dipandu host Eko Yudiono, Kamis, 7 Desember 2023.

BACA JUGA:Pers Harus Mengambil Posisi yang Tegas, Ketua PWI Jatim Lutfil Hakim Bicara Panjang Lebar di Podcast

Saat ini kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) juga merambah dunia fotografi, seperti apa dia melihatnya? “Kuncinya kita harus kreatif. Meski saat ini teknologi AI menjamur. Baik teknik pengambilan atau angle utamanya di media,” urai pria berkacamata ini. 

Sebagai fotografer, Prass panggilan akrab Dwi Prasetyo yang menyebut juga berhubungan dengan videografer. Bahkan, menurutnya, fotografer di media juga sebagai reporter.
BACA JUGA:Sambut HUT Ke-54 SKH Memorandum, Profesor Dr Apt Mangestuti Agil MS Jadi Bintang Tamu di Podcast MemorandumTV

Sebagai jurnalis yang puluhan tahun bergelut di dunia fotografi, ada kejadian unik yang saat ini tersimpan dalam memorinya. Yaitu ketika mendapati salah seorang pemain sepak bola sakau. 

“Sebenarnya rezeki-rezekian juga fotografer itu. Waktu itu saya motret pertandingan sepak bola di Gresik. Pas saya keluar stadion ada pemain bola yang sakau dan sudah melepas baju hingga telanjang dada bahkan hampir telanjang. Foto itu menjadi eksklusif karena saya saja yang punya,” kenang pria yang pernah bekerja di TOP Skor ini.

Saat ini kata, Prass, generasi Z (Gen Z) masih banyak yang tertarik dengan fotografer. Menurutnnya, yang harus dilakukan oleh generasi saat ini adalah belajar dan belajar. Kalau otodidak bisa belajar melalui platform YouTube dan lain-lain.

Ketika kamera single-lens reflect (SLR) digantikan HP, mau tidak mau fotografer juga harus bersaing dengan fotografer dadakan di medsos. Namun menurut dia, kamera SLR masih sangat diperlukan utamanya di dunia olahraga. Khususnya cabang olahraga sepak bola, bulu tangkis, voli, hingga basket.

Nah, terakhir menurut dia, yang saat ini menjamur adalah wedding (pernikahan) fotografi. Saat ini, bahkan terjadi perang harga utamanya di kelas bawah. “Dengan budget sekitar Rp 2,5 juta sudah bisa mendatangkan fotografer. Nah, ini yang seharusnya dihindari agar profesi fotografer tetap menjadi ladang mencari rezeki yang cukup bagus,” tuturnya.

Namun, menurut Prass semua kembali ke diri masing-masing. Pesan dia, untuk fotografer pemula agar tidak berhenti belajar. Pokoknya motret dan motret. Dari satu nanti bisa tahu kesalahan dan peng-angle-an yang baik dan bagus itu seperti apa,” tandasnya. (ono/nov)

Sumber: