Psikolog UB Menilai Cuma Ganjar yang Peduli Isu Mental Health

Psikolog UB Menilai Cuma Ganjar yang Peduli Isu Mental Health

Ganjar Pranowo--

Menurut Dosen Psikologi Sosial, Departemen Psikologi FISIP Universitas Brawijaya ini, potret fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini adalah kurangnya kesadaran tentang kesehatan mental.

 

"Biasanya karena adanya stigma atas masalah ini. Jadi cenderung ditutup-tutupi, diabaikan, atau seolah ‘baik-baik saja’," imbuhnya.

 

Terkait gagasan Ganjar, Sukma menyarankan agar Ganjar nantinya jika terpilih sebagai presiden menyoroti pengadaan fasilitas kesehatan mental yang memadai. Misalnya didasarkan pada pemetaan masalah dan analisis kebutuhan, bagaimana kelayakan dan kesiapan dari tiap daerah yang akan difasilitasi, dilanjutkan dengan penyuluhan atau sosialisasi kepada tenaga profesional yang akan menangani permasalahan ini

 

"Sehingga, ke depannya diharapkan para remaja ini bisa menjadi agen perubahan. Mereka bisa membawa atau mengajak teman sebaya-nya ke arah yang lebih baik, bisa menjadi kontrol bagi dirinya sendiri maupun ke lingkungan sekitarnya," ujarnya.

 

Sementara terkait rencana pembangunan pos-pos layanan konseling yang masif di berbagai tempat, menurut Sukma perlu dikoordinasikan dengan berbagai elemen seperti pemerintah pusat dan daerah, lembaga pendidikan, organisasi pendidikan praktisi kesehatan mental, organisasi non-pemerintahan, faskes, lembaga pembiayaan kesehatan, komite etik, dan masyarakat. 

 

"Harapannya pos-pos layanan konseling yang dibentuk tidak hanya berlaku dalam satu rentang waktu saja, namun bisa berjalan berkelanjutan dengan baik dan efektif, utamanya bagaimana layanan ini bisa lebih terjangkau untuk seluruh elemen masyarakat yang membutuhkan bantuan profesional," lanjutnya.

 

Sebagai informasi, saat memberikan kuliah umum bagi ribuan mahasiswa baru Unpas Bandung, Selasa, 3 Oktober 2023, bacapres 2024 Ganjar Pranowo mengangkat isu kesehatan mental yang kini banyak dialami anak muda. Ganjar mengatakan, bahwa negara perlu hadir untuk mengatasi isu kesehatan mental di kalangan anak muda. Misalnya dengan memperbanyak layanan fasilitas kesehatan khusus untuk menangani kesehatan mental.

 

"Menghadapi bonus demografi, hal yang tidak boleh dilupakan adalah persoalan kesehatan mental. Ini persoalan yang sangat penting diselesaikan, tapi masih banyak yang belum peduli soal ini," kata Ganjar. (*)

Sumber: