Melestarikan Budaya Kearifan Lokal, Desa Tugu Jamasan Pusaka dan Bazar Kuliner

Melestarikan Budaya Kearifan Lokal, Desa Tugu Jamasan Pusaka dan Bazar Kuliner

Tulungagung, memorandum.co.id-Prosesi jamasan pusaka Desa Tugu, Kecamatan Sendang berlangsung sakral. Diawali arak - arakan dari dua arah, dimulai dari patung reog kendang. Di sisi barat, start dari rumah kepala desa untuk mengambil pusaka Pamengkang Jagat diarak menuju arah timur. Kemudian dari dua arah bersamaan masuk menuju panggung prosesi jamasan pusaka di lapangan Loji Tugu. Di barisan depan diisi cucuk lampah membawa air suci tiga sumber. Berikutnya diikuti prajurit pembawa pusaka, diapit prajurit pembawa bendera merah putih dan bendera petaka. Di belakangnya disusul arak - arakan warga dari seluruh RT dengan memikul hasil bumi, diikuti barisan obor sewu. Acara itu digelar bersamaan dengan bazar kuliner, dalam rangka peringatan HUT RI ke - 78 yang dipusatkan di lapangan Loji Desa Tugu. Dinas PMD Kabupaten Tulungagung, Camat Sendang Eko Prihadi, anggota DPRD Tulungagung Fraksi Nasdem Ir Gandi Wardoyo, anggota DPRD Fraksi PKS Adrianto S.Ag., para kades se Kecamatan Sendang, perangkat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, BPD, LPM, RT, RW, dan masyarakat turut hadir memeriahkan acara. Kepala Desa Tugu, Parlan mengatakan, tradisi jamasan pusaka merupakan kearifan lokal warisan budaya Jawa yang sakral, yang dilakukan oleh para leluhur bersamaan dengan peringatan 1 Muharam (Suro). "Kegunaan keris bagi masyarakat Jawa bermacam-macam. Mulanya, keris itu termasuk keimanan kita, yang bahasa Jawanya nguri - nguri budaya. Dibuktikan, walau tidak terlihat, ternyata masih banyak masyarakat di setiap bulan Suro, para sesepuh ada tradisi jamasan pusaka," terang Kades Parlan pada memorandum.co.id, Rabu (16/8/2023). Dan sampai saat ini, lanjut Kades Parlan, keris masih dipercaya mengandung kekuatan gaib yang dapat berpengaruh bagi pemiliknya. "Ternyata masih banyak masyarakat yang meyakini, bahwa keris memiliki daya secara mistis, serta nilai seni dan pamor yang beragam," ujarnya. Kades Parlan menuturkan, seiring waktu akhirnya sekarang ini, keris merupakan bagian dari budaya Jawa, sebagai kelengkapan hidup orang Jawa, yang memiliki nilai sejarah untuk terus dijaga dan dilestarikan. "Maka dalam peringatan HUT RI ke - 78 ini, jamasan pusaka kita gelar lagi sebagai budaya kearifan lokal, agar memiliki daya tarik wisata. Terbukti, banyak sekali masyarakat berbondong - bondong datang untuk menyaksikan jamasan Pusaka Tugu, serta berbelanja makanan yang ada di bazar kuliner," jelasnya. Ditegaskan Kades Parlan, maksud tujuan jamasan pusaka adalah melestarikan budaya leluhur, serta menghormati para leluhur yang dulu pernah menciptakan pusaka berbentuk keris agar tidak punah. Sekaligus memeriahkan HUT Kemerdekaan RI ke - 78. Walaupun tidak terlihat secara nyata, Parlan menambahkan, ternyata banyak masyarakat yang mempercayainya. Bahwa keris memiliki daya secara mistis dan nilai seni, serta pamor yang beragam. Kades Parlan berharap, kegiatan jamasan pusaka ini bisa terus dilaksanakan setiap tahun sekali. "Sehingga bisa menarik wisata berdatangan untuk menyaksikan, yang nantinya berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi bagi masyarakat Desa Tugu," pungkasnya. (kin/mad/ono)

Sumber: