Sampah Plastik di Surabaya Naik, Pengamat: Perwali Harus Dioptimalkan
Surabaya, memorandum.co.id - Sampai saat ini, sampah plastik masih menjadi masalah serius di Surabaya. Berdasarkan catatan ITS, pada 2017 sampah plastik menyumbang 14% dari 1.600 ton sampah per hari. Lalu pada 2021 meningkat jadi 22%. Menurut pengamat lingkungan Wawan Some, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya perlu mengoptimalkan Perwali Nomor 16 Tahun 2022 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik. Sebab sejak perwali tersebut digulirkan, hanya berhasil menurunkan 2 ton sampah plastik per hari. “Perwali harus dioptimalkan. Tambahkan item yang dilarang atau yang dibatasi yaitu alat makan sekali pakai seperti sendok, garpu, piring, dan gelas,” katanya, Minggu (26/3/2023). “Sebab, sampah plastik di Surabaya yang terbanyak kresek, lalu alat makan sekali pakai, popok atau pembalut sekali pakai, botol plastik, dan sampah kemasan,” sambung koordinator Komunitas Nol Sampah. Selain itu, penerapan perwali tersebut juga harus dimaksimalkan. Dikatakan Wawan, baru minimarket dan supermarket yang menerapkan. “Itupun hanya 70%. Masih ada yang sembunyi-sembunyi memberikan kresek,” ujarnya. Sedangkan di sektor resto, mal, dan pasar tradisional juga belum sepenuhnya jalan. Hanya 30% yang sudah melaksanakan. “Sebenarnya semua sampah terus meningkat, sekitar 5-10 persen. Namun perwali ada dampaknya meski penurunan kecil karena hanya kresek yang dilarang,” tandas Wawan. Dirinya pun berharap agar pemkot segera mengoptimalkan perwali tersebut. Di antaranya dengan menambah subjek dan objek yang dilarang/dibatasi. Terlebih, mengacu pada Permen LHK 75 tahun 2019, per 1 Januari 2030 tidak boleh ada lagi penggunaan kresek, sedotan plastik, dan stirofoam. “Sampah sekali pakai terus meningkat dan bisa berbahaya bagi kesehatan karena umumnya pakai jenis plastik polysterine,” pungkas Wawan. (bin)
Sumber: