Cerita Santri di Layar Lebar, Fuji Firman Angkat Identitas Pesantren Lewat Film
Fuji Firman berhasil meraih Juara Harapan Dua dalam Kompetisi Film Asli Jawa Timur--
PROBOLINGGO, MEMORANDUM.CO.ID - Fuji Firman, alumni Madrasah Aliyah Zainul Hasan 1 Genggong, kembali menorehkan prestasi di dunia perfilman. Melalui film pendeknya berjudul Tajhin Sorah (Bubur Asyura), sineas muda ini berhasil meraih Juara Harapan Dua dalam Kompetisi film Asli Jawa Timur (Komfilasi) 2024 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur.
Nama Fuji Firman kian dikenal di kalangan sineas muda, khususnya di Jawa Timur. Bakatnya di bidang perfilman sudah tampak sejak ia masih menempuh pendidikan di MA Zaha 1 Genggong. Ia aktif di Program Unggulan Prodistik dan kerap menunjukkan kreativitas melalui berbagai karya, salah satunya film pendek berjudul Diary Santri yang berhasil meraih Juara 1 Nasional.
“Saat di MA Zaha, saya banyak belajar bagaimana mengemas cerita sederhana menjadi sesuatu yang bernilai. Program Prodistik benar-benar memberikan fondasi penting dalam kreativitas saya,” ujar Fuji, Selasa 7 Januari 2025.
BACA JUGA:Unej dan LSF RI Bersatu Sosialisasikan Literasi dan Edukasi Hukum Perfilman di Jember
Namun, perjalanan Fuji tidak selalu berjalan mulus. Setelah lulus dari MA Zaha, ia melanjutkan studi di Universitas Islam Malang dengan jurusan Manajemen. Namun, setelah satu tahun, ia merasa bidang tersebut bukanlah panggilan hatinya.
Fuji akhirnya memutuskan pindah ke Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan jurusan Film dan Televisi. Keputusan itu terbukti tepat, karena ia berhasil diwisuda pada 2024 dan menorehkan prestasi di dunia perfilman.
Angkat Tradisi Lokal Lewat Film
Pada ajang Komfilasi 2024, Fuji bersaing dengan 89 sineas muda dari berbagai daerah di Jawa Timur. Film pendeknya, Tajhin Sorah, berhasil masuk dalam 10 besar karya terbaik, bersanding dengan film-film unggulan lainnya seperti Dua Cincin dan Gemintang (A Hidden Thing in the Sky).
“Tajhin Sorah bukan hanya tentang tradisi membuat bubur Asyura, tetapi juga simbol kehangatan keluarga dan gotong royong. Film ini berusaha mengangkat nilai-nilai kearifan lokal yang sering kali terlupakan,” jelas Fuji.
Para juri nasional yang terlibat dalam penjurian, seperti aktris Prisia Nasution, Marscella Zaliyanti, dan Adhy Karyono yang saat itu menjabat sebagai PJ Gubernur Jawa Timur, memberikan apresiasi tinggi terhadap kedalaman cerita dan visualisasi dalam film tersebut.
BACA JUGA:Almira Dyanitha Quinza, Bocah Cilik Asal Surabaya Incar Karier sebagai Aktor Film Profesional
Bangga Jadi Santri MA Zaha
Bagi Fuji, keberhasilannya tidak lepas dari pendidikan yang ia dapatkan di MA Zaha 1 Genggong.
Sumber: