Tidak Mampu Hadapi Tekanan Penyebab Bunuh Diri

Tidak Mampu Hadapi Tekanan Penyebab Bunuh Diri

Dr M G Bagus Ani Putra Surabaya, memorandum.co.id - Aksi  bunuh diri marak terjadi belakangan ini. Ada beragam faktor yang mempengaruhi. Menurut Dr M G Bagus Ani Putra SPsi dosen Fakultas Psikologi Untag Surabaya, penyebab utama seseorang melakukan bunuh dikarenakan ketidakmampuan menghadapi masalah berat hingga menimbulkan stres dan depresi. “Seseorang bisa bunuh diri dikarenakan adanya tekanan. Sehingga jika tidak mampu mengatasinya, maka akan menimbulkan stres hingga depresi. Depresi inilah yang membuat atau memperkuat orang untuk melakukan bunuh diri,” urainya. Terbaru, kasus bunuh diri kembali terjadi di Surabaya, Jumat (15/10/2022) malam. Perbuatan melawan takdir tuhan tersebut dilakukan seorang wanita berisinial AD (24). Dia nekat mencoba mengakhiri hidupnya dengan melompat dari Parkiran lantai 3 Tunjungan Plaza Surabaya (TP). Tubuhnya lalu ditemukan tergeletak dalam kondisi tak bernyawa. Saat ditelusuri Polisi, diketahui motif korban mengakhiri hidupnya atau bunuh diri akibat masalah pinjaman online (pinjol). Sementara pandangan, Bagus, harus melihat dulu tentang psikologis peminjam pinjol. "Kenapa pinjam pinjol ini kita ini sebagai manusia adalah makhluk yang suka perhitungan, memperhitungkan apa memperhitungkan keuntungan atau profit dan kerugian atau defisit," kata dia. Lanjut dia, profit atau defisit ini merupakan pandangan subjektif setiap orang. Artinya ketika seorang peminjam pinjol yang tidak rasional, maka kalau kita menghitung secara bunga memang defisit. "Tetapi kalau kita menghitung kemudahan dan kecepatan terpenuhinya kebutuhan itu adalah profit. Nah profit itu yang kemudian di besar-besarkan di mainsetnya peminjam karena mereka memang butuh," kata Bagus. Jadi profitnya adalah mendapatkan kemudahan dan kecepatan terpenuhinya kebutuhan. Setelah dia pinjam kemudian pada waktunya pembayaran dan tidak mampu maka pikiran defisit ini muncul kerugian. Dia merasa rugi dengan bunga sekian dengan waktu yang harus segera melunasi maka ini yang kemudian peminjam itu merasakan defisit karena tidak mampu membayar. Setelah itu kemudian muncullah kekecewaan dan penyesalan pada diri sendiri. Jadi setelah pikiran defisit tadi kemudian muncullah kekecewaan dan penyesalan, ditambah dengan faktor teror dari debtcollector itu akhirnya membuat frustasi dan frustasi itu merupakan get antara harapan dan realisasi. Artinya harapannya bisa bayar tapi realisasi dia nggak dapat duit untuk membayar sehingga hal yang ini menjadikan dia tidak mendapatkan solusi. "Akhirnya depresi dan depresi sebagai jalan keluarnya adalah bunuh diri, ini yang paling berbahaya," paparnya. Oleh karena itu, lanjut Dosen Psikologi, pihaknya menyarankan bagi masyarakat yang ingin pinjam pinjol, yang pertama dipikirkan adalah logis. "kita harus bersifat logis, jangan terlalu dipikirkan masalah profitnya tentang kemudahan dan kecepatan terpenuhinya kebutuhan, tapi mari kita hitung dulu secara logis dan rasional bagaimana dengan bunganya," ucapnya. Masih ungkap dia, bagaimana dengan kecepatan dan ketepatan harus membayar pinjol tersebut. Oleh karena itu ini harus dikembangkan faktor profit dan defisit faktor keuntungan dan kerugiannya ketika meminjam pinjol, utamakan pikiran yang logis dan rasional. "Jangan sampai emosional kita kemudian menghambat menonjolkan kepada kemudahan dan kecepatan terpenuhinya kebutuhan sebagai profit saja tapi tidak mempertimbangkan defisitnya," urainya. Yang kedua sesuaikan dengan kemampuan diri kita membayar dan waktu yang akan kita peroleh pada saat kita membayar. "Kalau dirasa tidak mampu kita atau mungkin juga waktunya tidak tepat dengan pas kita mendapatkan rezeki atau mendapatkan gaji atau pendapatan penghasilan maka jangan diambil. Tetapi kalau memang sudah sesuai dengan kemampuan kita dan ada yang dicadangkan untuk membayar pada waktu yang tepat tentunya maka perlu tidak lagi antara profit dan defisit tadi," jelasnya. Langkah yang ketiga antisipasi yang terburuk, artinya apa lebih berpikir panjang menyiapkan solusinya ketika nanti tidak ada penghasilan yang dapat menutup pinjaman. Jangan sampai menumpuk-numpuk utang pinjol terutama itu akan berbahaya karena itu tadi. Pikiran  dikuasai oleh profit yang mudah dan cepat terpenuhinya kebutuhan. Oleh karena itu saya melihat latar belakang itu tadi karena profit profit profit yang ditonjolkan. Penjelasan di atas tersebut, Ini berkaitan dengan psikologis peminjam pinjol sehingga mereka bisa bunuh diri ini. Ini karena itu tadi karena pada awalnya dia merasakan profit sehingga dia pinjol. Kemudian pada waktu bayar dia tidak mampu dan tidak mampu tepat waktu akhirnya dia menganggap defisit setelah defisit dia merasa kecewa dan ada penyesalan, Bagus menyarankan untuk para pinjol mohon dipahami jangan kemudian melakukan teror karena teror itu terus terang akan membuat orang depresi ketika orang depresi maka akan mengakibatkan bunuh diri. "Jadi harus hati-hati pinjol itu menyebabkan dua kerugian bagi orang yaitu yang pertama bunga yang besar tentunya ketika dianggap bahwa itu ilegal dan tidak diawasi oleh OJK kemudian bahaya yang kedua adalah ketika teror itu bisa menyebabkan orang bunuh diri atau memperkuat orang untuk bunuh diri," urainya. Kemudian bagi pemerintah mohon betul-betul mengatur pinjol ini. "Saya yakin Satgas pengawasan di OJK sering bergerak terhadap kasus ini, banyak pinjol ilegal ditutup tetapi harus konsisten dalam melaksanakannya," pungkasnya. (alf)

Sumber: