PSI Surabaya Dorong Pertunjukan Seni Kembali Digelar Berkala

PSI Surabaya Dorong Pertunjukan Seni Kembali Digelar Berkala

Surabaya, memorandum.co.id - Status PPKM Kota Surabaya kini kembali ke Level 1. Beberapa fasilitas umum seperti Alun-Alun Surabaya, car free day, dan sejumlah taman kota kembali dibuka. Dengan adanya pelonggaran aktivitas ini, Tjutjuk Supariono, Ketua Fraksi PSI DPRD Surabaya mendorong agar pemkot kembali menggelar kegiatan pertunjukan seni budaya secara reguler dan berkala. “Subsektor kreatif yang paling terdampak dengan adanya pandemi Covid-19 ini adalah para pekerja seni. Saat saya turun ke lapangan, banyak seniman yang mengeluhkan bahwa mereka tidak ada pemasukan selama pandemi dikarenakan sepinya job," ujar Tjutjuk, Rabu (23/3/2022). Tjutjuk tak dapat memungkiri, banyak di antara mereka yang menggantungkan hidupnya dari pertunjukan seni. Sementara, pembatasan ketat diterapkan pada acara seni dan budaya untuk menekan penyebaran kasus Covid-19. Dampak dari pandemi ini, lanjut Tjutjuk, memaksa banyak seniman untuk beralih profesi menjadi tukang ojek online, berjualan sayur, dan menjual harta bendanya untuk menyambung hidup. Bahkan para pemilik sanggar banyak yang terpaksa menutup usahanya karena tak ada pemasukan dari murid-murid yang sebelumnya belajar seni di sanggar tersebut. “Melihat angka kasus Covid-19 di Surabaya yang berangsur-angsur turun, saya mendorong agar Pemkot Surabaya dapat menghidupkan kembali seni dan budaya dengan menggelar pertunjukan seni secara berkala di Alun-Alun Surabaya, Balai Pemuda, maupun di Jalan Tunjungan," ucapnya. "Saya mengapresiasi adanya pertunjukan virtual yang sudah diadakan oleh pemkot selama masa pandemi. Namun, saya melihat bahwa antusiasme masyarakat tidak sebesar pertunjukan yang diadakan secara offline. Sudah terlalu lama para seniman menunggu kepastian untuk kembali melaksanakan pertunjukan seni," imbuh anggota Komisi D DPRD Surabaya ini. Selain itu, dalam rangka mewadahi dan memfasilitasi bakat seni di masyarakat, Tjutjuk berharap adanya pembinaan dan perhatian secara intens yang diberikan oleh pemkot. "Sewaktu muda, saya dulu juga seorang musisi. Saya paham betul bagaimana susahnya kami untuk berkarya karena terkendala biaya. Saat saya bertemu teman-teman seniman milenial, permasalahannya pun masih sama, hanya mereka yang punya uang yang bisa bermusik. Sebab, biaya rekaman pun juga butuh kocek yang tidak sedikit. Ini menjadi PR kita bersama, sebab kegiatan seni budaya merupakan akar dari pembangunan kualitas manusia," tandas dia. (bin)

Sumber: