Penganiayaan Bocah di Kupang Krajan, Tinggal Bersama Dua Anak dan Sering Utang di Warung

Penganiayaan Bocah di Kupang Krajan, Tinggal Bersama Dua Anak dan Sering Utang di Warung

Surabaya, memorandum.co.id - Terduga pelaku penganiayaan bocah 12 tahun, di rumah kos Jalan Kupang Krajan V-A, Surabaya, berinisial WY, warga Garut, Jawa Barat, hingga kini belum tertangkap. Ada dugaan WY kabur ke Garut. Sedangkan korban, JM kondisinya masih koma di RSUD dr Soetomo. Menurut keterangan Ketua RT 02/RW 04, Kupang Krajan V-A, Ikwan, WY indekos di rumah Wantoro bersama dua anaknya berusia 17 tahun dan 12 tahun. "Dia (WY) baru lima hari indekos dengan tarif Rp 400 ribu per bulan. Dia tidak sendiri, melainkan bersama dua anaknya. Saya sendiri sama sekali belum melihat wajahnya seperti apa," kata Ikwan saat ditemui di rumahnya, Selasa (1/6/2021). Selama indekos di Kupang Krajan, Ikwan sudah mengira jika WY tidak beres. Ketidakberesan itu, saat datang dia tidak melapor ke pengurus kampung setempat. "Saya dilapori pengurus kampung, WY ini belum melapor soal kedatangannya di sini," ujar Ikwan. Akhirnya Ikwan memanggil tuan rumah untuk meminta identitasnya, seperti KTP dan kartu keluarga (KK). Lima hari sebelum kejadian, kemudian tuan rumah datang rumah dan malah memberikan surat pengalaman kerja WY. "Ini kan sudah tidak beres," tuturnya. Di surat pengalaman kerja itu, memang terdapat nama WY dan alamat rumahnya di Garut. Tapi Ikwan tidak percaya karena bisa saja identitas tersebut dipalsu. Ikwan menegaskan, jika ada KTP dan KK, pihaknya bisa mengetahui identitas aslinya. Apalagi, WY datang bersama dua anak. "Apakah benar itu anak WY, kalau bukan. Meskipun kesehariannya kedua anak tersebut memanggilnya ayah," tegas Ikwan. Merasa KTP dan KK tidak diberi, Ikwan hendak memintanya tuan rumah pada malam hari sebelum kejadian, tapi terburu terjadi peganiayaan tersebut siangnya, Rabu (26/5/2021) sekitar pukul 11.00. Selain sulit diminta identitas, WY juga sering banyak merugikan warga setempat. Seperti makan di warung nasi tapi utang. "WY selama lima hari indekos di sini, makan sering utang. Ada tiga warung yang diutangi dan sampai sekarang belum dibayar," beber Ikwan. Sepengetahuan Ikwan, selama indekos di sini, WY ini tidak bekerja dan hanya di rumah. Hanya kedua anaknya yang terlihat bermain-main di sekitar kampung. Kalau malam WY keluar ngopi di warkop. "Selain itu juga, WY juga jarang menyapa warga," ujar dia. (rio/fer)

Sumber: