75 Persen Orang Tua Ingin Pembelajaran Tatap Muka

75 Persen Orang Tua Ingin Pembelajaran Tatap Muka

Surabaya, memorandum.co.id - Proses belajar mengajar (PBM) secara daring ternyata banyak dikeluhkan wali murid. Dan kebanyakan mereka meminta segera digelar PBM tatap muka di sekolah dengan melaksanakan protokol kesehatan ketat. Hal tersebut diungkapkan Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya Martadi. “Tiga minggu lalu, kami membuat kajian soal pembelajaran jarak jauh. Di situ situ muncul keluhan wali murid dan harapan ke depan,” ungkap Martadi yang juga pengajar di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (18/9). Dalam kajian tersebut menampilkan sisi anak dan orang tua. Di situ muncul juga rasa bosan dari sang anak. Sedangkan orang tua mengeluhkan soal kuota internet yang harus dibeli, jaringan internet yang sering ngadat, hingga pembelajaran daring yang terbanyak selalu mengerjakan soal. Meski pun di Surabaya ada beberapa variasi daring, seperti lewat WA, Google meet, lihat TV, LKS, kunjungan rumah, atau kuis. “Kami dorong tidak hanya daring, tapi ada modifikasi seperti baca buku dan praktikum di rumah. Sehingga nanti banyak interaksi orang tua dengan anak di rumah. Selain itu daring tidak setiap hari,” jelas dia. Yang perlu diingat, ada keterbatasan orang tua dalam mendampingi anak saat belajar daring. Sebab, tidak semua orang tua di rumah karena bisa saja disibukkan dengan pekerjaan. Orang tua juga belum tentu memiliki kemampuan mendampingi anak belajar. “Melihat kondisi ini, maka orang tua harus diberi pelajaran parenting. Maka dinas terkait menyediakan buku panduan atau klinik pendidikan. Kalau tak beri solusi akan membuat orang tua semakin stres,” ungkap dia. Ia melanjutkan pihaknya telah menyurvei soal pembelajaran daring, Hasilnya, 75 persen orang tua menginginkan belajar tatap muka di sekolah dengan tetap memakai protokol Covid-19. “Selama pandemi, proses belajar tatap muka tidak seperti sebelum pandemi. Masuk dikurangi sehingga tiga kali pertemuan dalam seminggu. Jam belajar dikurang dan protokol kesehatan dilakukan dengan ketat. Sebab, orang tua juga mengkhawatirkan keselamatan dan kesehatan anaknya,” beber dia. Yang pasti itu semua harus melihat perkembangan Kota Surabaya, apakah sudah masuk zona kuning dan hijau. Zona ini sendiri yang membuat adalah Satgas Covid-19 Pusat. Maka selama masih zona merah atau oranye, maka tatap muka tak bisa dilakukan. Katakan kalau sudah zona kuning atau hijau sebagaimana yang ditetapkan oleh pusat, maka sekolah harus memiliki sarana dan prasarana yang sesuai dengan protokol kesehatan. “Ketika sekolah tatap muka dimulai harus ada persetujuan dari orang tua. Selain itu sekolah yang dibuka per wilayah atau tergantung kesiapan sekolah. Dan kalau sudan aman pandemi dan anak-anak mulai nyaman, sekolah bisa dibuka secara serentak,” pungkas Martadi. (udi/tyo)

Sumber: