Hakikat Kurban sebagai Wujud Kecintaan kepada Allah SWT, Waspada, Kita Akan Diuji dengan Apa yang Kita Cintai
Dr KH Ahmad Muzakki Al Hafidz MA, Imam Besar Masjid Al Akbar Surabaya bersama host Eko Yudiono.--
SURABAYA, MEMORANDUM-Hari Raya Kurban atau Iduladha semakin dekat. Dalam berkurban, secara fisik yang disembelih adalah hewan kurbannya, tetapi hakikat yang sampai pada-Nya adalah bentuk ketakwaan. Hikmah yang kedua adalah rasa syukur nikmat kepada Allah SWT. Ibadah Kurban yang dilakukan kaum muslimin pada hakikatnya adalah bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan.
Podcast Memorandum TV menghadirkan bintang tamu spesial yaitu Dr KH Ahmad Muzakki Al Hafidz MA, Imam Besar Masjid Al Akbar Surabaya. Bersama host Eko Yudiono, Kiai Muzakki menjelaskan panjang lebar terkait Kurban di Hari Raya Iduladha. Selengkapnya bisa disimak di Memorandum TV YouTube Channel, Jumat 14 Juni 2024 mulai pukul 16.00.
“Alhamdulillah saat ini kita bisa sharing mengenai kurban. Perlu diketahui, Kurban adalah sesuatu yang pernah dilakukan oleh para kekasih Allah. Kurban ikut syariatnya siapa, ikut Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW ikut syariatnya siapa, ikut syariatnya Nabi Ibrahim As,” terang Kiai Muzakki.
BACA JUGA:Hamin Gimbal Jadi Bintang Tamu Podcast Memorandum TV: Mencintai Persebaya dengan Hati
Kiai sekaligus dosen Uinsa menambahkan, AllahSWT menjadikan Nabi Ibrahim As sebagai pemimpin dan panutan. Mengapa? Karena menurut Kiai Muzakki, Nabi Ibrahim As juga diangkat sebagai kekasih Allah SAW. Salah satu yang membuat Nabi Irahim As dijadikan Imam karena beliau mempunyai keimanan dan kepasrahan yang luar biasa kepada Allah SWT. Kecintaannya kepada Allah SWT mengalahkan apapun termasuk kecintaan kepada anaknya sendiri.
“Nabi Ibrahim menikah dan lama tidak punya anak. Dan beliau berdoa kepada Allah. Doanya juga viral yaitu, Robbi Habli Minassholihin. Yang artinya, Ya Allah anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh,” jelasnya.
Nah, kata Kiai Muzakki, sesungguhnya awal kurban itu adalah ujian kecintaan atas Allah SWT yang diberikan kepada umat Islam. “Ujiannya apa, ya anak karena Nabi Ibrahim As lama tidak mempunyai anak. Kalau kehilangan anak mungkin sedih tapi ini disuruh menyembelih. Bagaimana coba perasaan beliau yang juga seorang manusia,” bebernya.
Menurut Kiai Muzakki, jika belajar ilmu tauhid ujian manusia adalah apa yang dicintai. Maka, Kiai Muzakki mengingatkan agar manusia selalu waspada terhadap apa yang kita cintai. Sebab,”Kita akan diuji dengan apa yang kita cintai. Kalau cinta anak ujiannya ke anak, cinta suami ujiannya juga suami. Cinta istri ujiannya juga istri. Cinta kepada jabatan ujiannya juga jabatan. Maka waspadalah kita akan diuji dengan apa yang kita cintai,” tuturnya.
“Banyak yang mengatakan saya menerima ujian Allah tapi tidak banyak yang mengatakan saya menerima dan mencintai ujian Allah SWT,” sambungnya.
Jadi kembali lagi Nabi Ibrahim As berhasil membuktikan kecintaannya kepada Allah SWT melebihi kecintaannya kepada apapun. Kekuatan iman, ayah dan anak membuktikan tauladan keimanan yang kuat yang kemudian digantikan domba.
Saat ini yang dikurbankan adalah domba dan kambing yang disembelih. “Masak hanya dengan mengorbankan sedikit kesenangan kita tidak mampu. Pendekatan diri kepada Allah. Meski konteksnya ibadah Sunnah. Anjuran yang luar biasa. Salatlah dan berkurbanlah. Yang punya kemampuan tidak mau kurban maka jangan sekali-kali mendekati musala atau masjid. Mengikuti risalah Nabi Ibrahim As. Mengikuti Nabi Muhammad As. Kepedulian sosial kepada sesame,” tegasnya.
Karena pada hakekatnya lanjut Kiai Muzzaki, jika mau rezekinya banyak, ya harus bersedekah dan berkurban. “Itu rumus dunia. Esensi agama itu juga berkurban. Berkurban itu apa sih? Berkurban itu menghilangkan sedikit kesenangan. Misal tahajud, puasa. Itu juga berkurban,” lanjutnya.
Sumber: