Dafam Pacific Caesar Surabaya Buka Panggung bagi Anak Disabilitas untuk Dilihat, Didengar dan Dihargai
Dafam Pacific Caesar Surabaya--
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID — Dafam Pacific Caesar Surabaya telah mengubah Pacific Sky Hall menjadi panggung perayaan talenta, keberanian, dan kesetaraan dalam acara bertajuk “Melihat Bersama #SetaraBerkarya.”
Berkolaborasi dengan Disabilitas Berkarya, UPTD Kampung Anak Negeri, Melihat Bersama, dan kurator foto Matanesia, acara ini hadir sebagai ruang inklusif yang memadukan fotografi, musik, dan seni rupa, menegaskan bahwa kreativitas adalah hak setiap manusia tanpa terkecuali.
Digelar pada 14 Desember 2025, pukul 15.00 WIB, acara ini diciptakan sebagai wadah agar anak-anak disabilitas dapat menunjukkan kemampuan, imajinasi, dan kisah mereka kepada publik.
BACA JUGA:Dafam Pacific Caesar Hadirkan Nostalgia 90-an pada Malam Tahun Baru di Surabaya

Mini Kidi--
Sebanyak 18 peserta disabilitas dari berbagai daerah di Jawa Timur memamerkan karya fotografi mereka. Setiap jepretan adalah cerita yang jujur dan autentik, memotret dunia dari sudut pandang yang unik. Karya-karya tersebut, mulai dari yang ceria hingga sunyi, memancarkan pesan kuat: mereka hadir tidak hanya untuk dilihat, tetapi juga untuk dilihat sebagaimana adanya.
General Manager Dafam Pacific Caesar Surabaya, Hogi Budiarto, menyampaikan esensi acara ini
“Ketika melihat karya-karya ini, kami seperti diajak untuk memahami ulang arti kata ‘berdaya.’ Anak-anak ini berkarya untuk menyampaikan bahwa kreativitas adalah hak setiap manusia. Kami ingin mereka benar-benar hadir,” ujarnya.
BACA JUGA:Dafam Pacific Caesar Surabaya Luncurkan Paket Liburan Akhir Tahun Super Hemat
Hal senada ditekankan oleh Sales & Marketing Manager, Edy Santoso. “Kami ingin membuka ruang. Ruang bagi anak-anak ini untuk hadir, dilihat, dan dihargai. Karya mereka bukan hanya foto; itu adalah pernyataan bahwa kreativitas tidak pernah mengenal syarat apa pun,” terangnya.
Acara dibuka dengan penampilan mengharukan dari Krisna, Willy, dan Rafly, tiga musisi tuna netra. Alunan melodi hangat yang mereka lantunkan menjadi pengingat bahwa keterbatasan fisik bukanlah hambatan untuk menciptakan harmoni.
Di sisi seni rupa, dua seniman tuna rungu-wicara, Kiking dan Pina, menyita perhatian dengan live painting.
Tanpa kata, goresan kuas mereka berbicara lantang, memperlihatkan proses, energi, dan dedikasi yang mengalir dalam setiap warna, membuktikan bahwa bahasa visual juga merupakan bahasa yang universal.
Sumber:


