Lonjakan Nataru Bukan Kejutan, Ketidaksiapan Kita yang Mengejutkan

Lonjakan Nataru Bukan Kejutan, Ketidaksiapan Kita yang Mengejutkan

--

Negara-negara lain kini mengandalkan otomasi, sensor antrean, sistem tiket terintegrasi, pemantauan kapal berbasis digital, hingga prediksi kepadatan lintas moda.

BACA JUGA:Smart City Tanpa Smart People Hanya Jadi Proyek Hiasan

Sementara kita masih berkutat dengan pengeras suara dan laporan manual.

Memang benar, dibanding satu dekade lalu, kualitas pelayanan transportasi Nataru sudah lebih baik.

Tetapi perbaikan itu sebagian besar terjadi pada tingkat operasional, belum menyentuh strategi jangka panjang.

Pertumbuhan jumlah perjalanan meningkat jauh lebih cepat daripada peningkatan infrastruktur.

BACA JUGA:Rotasi Pejabat Jadi Ujian Nyata Transformasi Birokrasi Daerah

Maka wajar jika setiap tahun terasa seperti “nyaris siap”, tetapi tetap kewalahan ketika volume memuncak.

Karena itu, sudah saatnya pemerintah mengubah paradigma, kesiapan Nataru tidak boleh lagi sebatas pengetatan inspeksi atau penambahan personel sementara.

Kini yang dibutuhkan adalah desain transportasi nasional yang mampu menahan lonjakan dua hingga tiga kali lipat tanpa ketergagapan.

Integrasi moda, modernisasi pelabuhan kecil, otomatisasi sistem, serta keterpaduan data harus menjadi standar, bukan wacana.

BACA JUGA:Bank Sampah dan Ilusi Hijau, Sudahkah Kita Jujur Mengelola Limbah

Selama kita masih mengulang pola yang sama setiap Desembe yakni ramp check, imbauan, posko tambahan, maka persoalan pun akan muncul dalam pola yang sama.

Nataru bukan sekadar soal lalu lintas liburan, tetapi ujian tahunan untuk mengukur kualitas infrastruktur nasional.

Tanpa perubahan strategi, ujian itu akan terus membawa hasil yang sama, yakni kita sibuk mengatur, tetapi masih jauh dari membangun sistem yang benar-benar siap.

Sumber: