Wisata Ziarah Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung Ramai Dikunjungi Wanita

Senin 20-03-2023,08:20 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Sidoarjo, Memoramdum.co.id — Makam suci Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung merupakan peninggalan kerajaan Majapahit yang hingga kini masih eksis dikunjungi warga. Tempat bersejarah yang dindingnya dihiasi replika relief khas gaya bangunan kerajaan Majapahit ini berlokasi di Desa Terung Wetan, Kecamatan Krian, Sidoarjo. Suasana makam suci ini terasa asri dan sejuk dikelilingi pohon-pohon yang rimbun. Berasal dari kisah yang melegenda, makam anak tunggal dari Raden Kusein tetap dijaga keberadaannya di tengah-tengah masyarakat. Bahkan tidak sedikit pengunjung dari berbagai kota diketahui pernah mendatangi makam untuk berziarah. Sumaji (50), juru kunci makam, menjelaskan Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung ialah keturunan dari Adipati Terung, atau Raden Kusein, sosok penguasa di wilayah Sidoarjo. Dibawah kepemimpinan Raja Majapahit Brawijaya V. Raden Kusein merupakan adik tiri dari Raden Patah, pendiri Demak. Menurut cerita Sumaji, Raden Ayu Putri adalah gadis belia yang gemar menanam bunga. Ia tiap harinya menjajalkan bunganya di pasar kala itu. Suatu hari di pasar, ia tidak membawa belati dan akhirnya meminjam belati pada Sunan Bonang. Sebelum memberikan belatinya, Sunan Bonang berpesan untuk tidak memangku belati tersebut saat memakainya. Namun karena banyaknya pembeli, Raden Ayu lalai sehingga ‘belati’ itu terpangku dan sekejap hilang entah kemana. “Lama-kelamaan perut Raden Ayu membesar dan ketahuan oleh Raden Kusein, ayah kandungnya. Ayahnya tak mampu menanggung aib yang mana ia kala itu adalah seorang pemimpin kadipaten. Perbuatan Raden Ayu dikecam seluruh rakyat dan pada akhirnya ia diberi hukuman mati,” tutur Sumaji kepada Memorandum, akhir pekan lalu. Demi membuktikan bahwa ia tidak berbuat aib, Raden Ayu rela dihukum mati oleh ayahnya sendiri. Ia berpesan jika nanti darah yang keluar dari jasadnya berwarna merah dan berbau anyir, berarti ia bersalah. Namun, jika darahnya putih dah harum, ia sama sekali tidak bersalah. “Darahnya berwarna putih dan berbau harum. Raden Ayu juga berpesan bahwa ia tidak mau dikebumikan. Ia ingin jasadnya dihanyutkan di bengawan. Ayahnya pun menuruti pesan putrinya namun jasadnya melawan arus sungai lalu terpendam disini,” kata Sumaji. Sumaji mengungkapkan kisah inilah yang lestari di rakyat Sidoarjo. Tidak sedikit para peziarah datang mengunjungi makam suci Raden Ayu, untuk memanjatkan doa. “Biasanya para perempuan lajang yang belum mendapatkan jodoh berdoa di sini. Berdoanya minta kepada Tuhan bukan kepada makamnya. Karena ini dianggap makam suci jadi orang percaya doanya lebih mudah didengar oleh Tuhan Yang Maha Kuasa,” imbuh Sumaji. Bahkan, pesarean Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung sering dijadikan tempat berkumpul warga desa untuk melaksanakan tradisi-tradisi yang ada seperti ruwah Desa, pengajian Jum’at Legi dan Nyekar. Farah Salsabil (21) pengunjung pesarean mengungkapkan ia senang mendatangi tempat bernilai budaya seperti pesarean Raden Ayu Putri. “Ya, karena ini dianggap sebagai makam suci dan banyak peziarah menghantarkan doanya untuk dilancarkan bisnisnya, pernikahannya, dan keluarganya,” saat ditanyai alasannya mendatangi makam suci ini. Dosen Sosiologi UTM, Hetti Mulyaningsih menjelaskan bahwa kunjungan ke leluhur di masa kini merepresentasikan kehidupan masyarakat modern. Dimana keluarga yang tinggal di luar komunitas asli, menjadikan momen ini juga sebagai ritual berkumpul dengan keluarga besar di kampung halaman. “Ziarah ke makam leluhur berarti panggilan bagi yang hidup untuk kembali ke tempat asalnya dan sebagai sarana berkumpul dengan keluarga batih yang lebih besar lagi. Dan berpotensi memunculkan kenangan-kenangan masa lalu yang dilestarikan,” pungkas Hetti. (x1/gus)

Tags :
Kategori :

Terkait