Kenangan Itu Bernama Sulastri, Yang Kini Sudah Tiada

Selasa 30-07-2019,09:30 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Rusti (47, samaran) merasa perjalanan hidupnya sangat membahagiakan. Tidak pernah ada batu sandungan yang mengaral melintang. Semua that’s oke-oke saja. Hampir setiap sore dia selalu jagongan bersama suami, sebut saja Mukhlas (50), di teras rumah. Semua fakta tersebut berubah ketika suatu saat tiba-tiba muncul gadis cantik menggedor pintu pagar. Dia memperkenalkan diri bernama Nindi (24) dan ingin bertemu Mukhlas. Tentu saja Mukhlas kaget karena tidak merasa mengenal Nindi. Dia pandangi gadis tersebut lekat-lekat, namun itu tidak membantu ingatannya menemukan jawaban. Spontan dia menoleh ke arah Rusti. Sebaliknya, Rusti menatap matanya penuh tanya. “Surat dari Mama. Ini diberikan sehari sebelum beliau meninggal. Besok tepat 40 hari kematian beliau,” kata Nindi sambil menyerahkan sebuah amplop tipis berwarna putih kepada Mukhlas. Sejenak lelaki yang rambutnya mulai ditumbuhi uban itu menimang-nimang sebelum menyerahkan kepada Rusti. Belum sempat surat itu berpindah tangan, Nindi dengan cepat menyela, “Maaf, itu untuk Bapak. Bukan Tante.” “Ndak apa-apa. Sama saja,” sahut Mukhlas lirih. “Kalau begitu saya pamit dulu,” kata Nindi sambil mengulurkan tangan. Beberapa detik kemudian Nindi berbalik dan berjalan menjauh. Langkahnya diikuti tatapan Mukhlas dan Rusti dengan penuh tanda tanya. Mukhlas lantas merangkul sang istri dan membimbingnya masuk rumah. Sampai di ruang tamu, mereka segera duduk dan membuka surat dari Nindi. Tiba-tiba Mukhlas tersedak dan pamit ke dapur mengambil minuman. Tinggal Rusti sendirian membaca surat itu. Inilah penggalan isi surat tersebut: Yth Mas Mukhlas Ketika Panjenengan membaca surat ini, itu artinya saya sudah berada di surga. Maaf bila saya merahasiakan kenyataan bahwa kita sebenarnya memiliki anak, seorang gadis yang cantik. Namanya Nindi. Dialah yang memberikan surat ini kepada Panjenengan. Saya terpaksa membuka rahasia ini karena kematian saya sudah sangat dekat. Sementara, Nindi nanti membutuhkan wali untuk pernikahannya. Makanya saya minta dia menemui Panjenengan sebagai ayah kandungnya. Ttd Sulastri Surat singkat itu dibaca dengan seksama. Perlahan-lahan dan berulang-ulang. Dan isinya tetap, menyiratkan bahwa suaminya memiliki istri dan anak di luar keluarga yang dibina bersamanya. Rusti terguncang. Tiba-tiba pandangannya berkunang-kunang, kabur, semakin kabur, semakin kabur, sampai akhirnya berubah menjadi kepingan-kepingan pekat yang menyatu dalam gelap sempurna. Pet. Rusti tidak ingat apa-apa hingga wajahnya terasa hangat karena diseka sapu tangan yang sudah dibasahi air panas. Matanya perlahan terbuka dan dia lihat Mukhlas memandang dengan penuh kekhawatiran. “Siapa Sulastri?” tanya Rusti lirih. Hampir tidak terdengar. “Siapa?” ulangnya. Masih lirih. Tanpa menjawab, Mukhlas meraih pundak Rusti dan merangkulnya. Penuh kasih sayang. Dikecupnya kening sang istri sebelum menguatkan hati untuk menjawab pertanyaan tadi. “Siapa Sulastri?” Rusti tampaknya tidak sabar. (bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait