Anggaran Intervensi Gen Z Rp47 Miliar, Komisi A DPRD Surabaya Dorong Fokus Bangun Kemandirian Anak Muda

Anggaran Intervensi Gen Z Rp47 Miliar, Komisi A DPRD Surabaya Dorong Fokus Bangun Kemandirian Anak Muda

Rapat Komisi A DPRD Surabaya bersama para camat dan lurah se-Kota Surabaya di lantai 3 gedung dewan.--

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID – Komisi A DPRD Kota Surabaya menyoroti rencana alokasi anggaran sebesar Rp47 miliar untuk program intervensi Generasi Z (Gen Z) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) 2026, Kamis 23 Oktober 2025.

Dewan meminta agar dana tersebut diarahkan untuk membangun kemandirian ekonomi anak muda, bukan dihabiskan untuk kegiatan seremonial yang minim dampak jangka panjang.


Mini Kidi--

Hal ini ditegaskan Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko, usai rapat pembahasan R-APBD 2026 bersama Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemkesra) di lantai 3 gedung dewan.

“Anggaran ini insyaallah sebesar Rp47 miliar untuk intervensi Gen Z. Tujuannya tentu ingin mengurangi kemiskinan, pengangguran, sekaligus mendorong kemandirian anak muda,” ujar Yona.

BACA JUGA:Komisi A DPRD Surabaya Minta Hotel Selektif Waspadai Tamu Pasca Pesta Seks Sesama Jenis

Politisi Partai Gerindra yang akrab disapa Cak Yebe itu menjelaskan, dana tersebut akan disalurkan melalui kecamatan. Setiap Rukun Warga (RW) akan mendapatkan alokasi Rp35 juta per tahun untuk menjalankan program intervensi ini.

Mengingat besarnya anggaran yang digelontorkan hingga ke tingkat RW, Yona mewanti-wanti agar camat dan lurah tidak gegabah dalam menyetujui proposal kegiatan. Ia menekankan pentingnya kajian matang untuk memastikan program benar-benar berkelanjutan dan berdampak nyata bagi ekonomi anak muda.

BACA JUGA:Komisi A DPRD Surabaya Dorong Peninjauan Skema Bantuan Pendidikan 2026 yang Dinilai Rawan Ketidakadilan

“Jangan asal approve proposal. Harus dikaji agar programnya berkelanjutan dan punya dampak nyata,” tegasnya.

Yona menilai fokus program intervensi ini seharusnya pada kegiatan berbasis kelompok produktif, seperti urban farming, usaha kuliner, atau pengembangan usaha digital. Menurutnya, kerja kolektif lebih efektif mendorong semangat kemandirian ketimbang program yang bersifat individual.

“Yang penting berbasis kelompok, bukan individu. Contohnya usaha digital, kuliner, hingga urban farming,” ujarnya.

BACA JUGA:Komisi A DPRD Surabaya Rekomendasikan Pencabutan Aturan Tiga KK Satu Alamat

Ia mencontohkan keberhasilan program urban farming di kawasan Rungkut yang hasil panennya kini mampu memasok toko-toko modern. Pola seperti itu dinilai bisa menjadi contoh bagi RW lain untuk menumbuhkan ekonomi dari bawah.

Selain itu, pelatihan yang diberikan juga harus disertai dengan dukungan modal.

“Jangan hanya ikut tren tanpa hitung masa hidup usahanya. Kuliner ramai, tapi berapa banyak SWK (Sentra Wisata Kuliner) yang hidup segan mati tak enak,” sindirnya.

BACA JUGA:Ketua Komisi A DPRD Surabaya: pelanggaran Lingkungan Hidup Peleburan Emas PT SJL Tidak Dapat Ditoleransi

Yona membuka peluang bagi RW yang ingin menggabungkan dana mereka untuk membiayai program berskala lebih besar dengan prospek jangka panjang yang jelas.

Lebih dari sekadar bantuan modal, ia menekankan pentingnya membentuk mental wirausaha di kalangan Gen Z agar tidak memiliki mentalitas penerima bantuan.

“Ajari adik-adik kita sebuah proses, bukan hasil. Jangan biasakan mereka hanya menerima bantuan, nanti mentalnya jadi mental terus meminta,” tuturnya.

BACA JUGA:Insiden Bendera Terbalik, Ketua Komisi A DPRD Surabaya Minta Publik Tak Sudutkan Paskibra

Pihak DPRD akan melakukan evaluasi berkala terhadap pelaksanaan program ini. Yona berharap, jika dijalankan sesuai rencana dan pengawasan, Surabaya akan mengalami pertumbuhan wirausahawan muda baru.

“Kalau program ini berjalan seperti harapan kami, akan terjadi ledakan luar biasa. Banyak pengusaha muda lahir dari intervensi Gen Z ini,” pungkasnya.

Sumber: