K3S Surabaya: Kekurangan Guru Hampir di SDN Surabaya
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi halal bihalal bersama para guru dan tenaga kependidikan (tendik) di halaman Balai Kota Surabaya, Rabu 9 April 2025. -Oskario Udayana-
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Kurangnya jumlah guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) bukan hanya di SDN Kutisari II, melainkan hampir mayoritas SDN di Surabaya. Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) SD Surabaya, Eko Juliastomo, membenarkan adanya kekurangan tersebut.
BACA JUGA:Satu Guru Mengajar 50 Murid, Wali Murid SDN Kutisari II Keluhkan Kualitas Pendidikan
Dia menjelaskan bahwa kekurangan ini disebabkan oleh banyaknya guru yang memasuki masa pensiun dan meninggal dunia.

Mini Kidi--
"Iya kekurangan guru di SDN di Surabaya dikarenakan banyaknya yang pensiun dan sudah meninggal dunia gurunya," jelas Eko.
Untuk mengatasi permasalahan ini, diharapkan adanya perekrutan guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) tahap kedua. Guru-guru P3K ini nantinya akan disebar ke SDN yang kekurangan tenaga pendidik. Meskipun perekrutan tahap pertama telah dilakukan, penempatan tenaga pendidik tersebut masih belum sepenuhnya terlaksana.
BACA JUGA:SDN Kutisari II Terbakar
"Untuk mengatasi solusi, mungkin nanti ada perekrutan guru dari P3K tahap 2 lalu disebar ke sekolah-sekolah SD di Surabaya untuk memenuhi kekurangan guru. Untuk perekrutan pertama sudah dan masih belum ditempatkan tenaga pendidik," ungkap Eko.
Sebagai solusi sementara, beberapa kepala sekolah terpaksa merangkap sebagai guru. Guru-guru lain juga turut merangkap mengajar untuk menutupi kekurangan tersebut. Namun, perekrutan guru honorer dilarang.
Jika ada guru yang merangkap, kualifikasinya akan diperiksa, terutama sertifikasi guru dan pengalaman mengajar. Guru P3K baru, misalnya, hanya diperbolehkan mengajar di kelas 1 dan 2, sementara guru dengan pengalaman PGSD dapat mengajar hingga kelas 6.
Kekurangan guru ini berpotensi mengganggu kualitas pendidikan. Eko Juliastomo mengakui bahwa efisiensi pembelajaran terdampak. Idealnya, setiap kelas memiliki guru tersendiri, bukannya diampu oleh guru yang merangkap. Pihak terkait berharap kekurangan guru dapat segera teratasi di masa mendatang.
"Kalau dikatakan kekurangan guru pendidikan terganggu, kurang efisien. Ke depan mudah mudahan bisa tercover kekurangan guru.Seharusnya per kelas diisi guru per masing kelas, tidak merangkap," pungkas Eko.
Sementara itu, saat memorandum.co.id hendak konfirmasi ke pihak SDN Kutisatri II, kepala sekolah tidak ada di tempat.
"Besok saja datang lagi Mas menemui kepala sekolah, kita tidak berwenang untuk menjawab," ujar salah satu guru kepada memorandum.co.id. (rio)
Sumber:

