Tumpukan Sampah di Saluran Sebabkan Banjir, DPRD Surabaya Minta Satgas Sampah dan Satpol PP Mengawasi

Tumpukan Sampah di Saluran Sebabkan Banjir, DPRD Surabaya Minta Satgas Sampah dan Satpol PP Mengawasi

Wakil Ketua DPRD Surabaya A Hermas Thony-Alif Bintang-

SURABAYA, MEMORANDUM - Wakil Ketua DPRD Surabaya A Hermas Thony tak henti-hentinya mendorong pemerintah kota (pemkot) untuk mengentaskan masalah banjir di Kota Pahlawan.

BACA JUGA:Penerimaan Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 : Berikut Syarat dan Jadwal Pendaftaran 

Pihaknya sangat mendukung proyek penyelesaian masalah banjir. Misalnya, pembuatan saluran box culvert, bozem hingga rumah pompa air.

BACA JUGA:Pendaftaran Akpol 2024 Dibuka! Ini Syarat dan Jadwal Pendaftarannya 

Namun yang tak kalah penting, menurutnya semua warga Surabaya harus terlibat dalam memerangi banjir. Caranya yakni, dengan tidak membuang sampah sembarangan.

BACA JUGA:Antisipasi Banjir Lagi, Wali Kota Eri Cahyadi Buka Dam dan Hentikan Sementara Proyek Saluran Dukuh Kupang

Thony menerangkan bahwa warga sangat dilarang keras untuk membuang sampah sembarangan. Terutama di saluran air atau sungai.

BACA JUGA:Langganan Banjir, 6 Proyek Pengerjaan Saluran dan Paving di Asemrowo Dikebut 

Kelihatannya sepele. Dianggapnya bukan masalah. Akan tetapi karena yang berperilaku membuang sampah di saluran air masif dan di mana-mana, maka berakibat pada mampetnya saluran air di permukiman.

BACA JUGA:Perencanaan Pembangunan 2025, Komisi C DPRD Surabaya Ingatkan Penyelesaian Masalah Banjir 

"Kalau budaya buang sampah di saluran itu tidak dihentikan, bersiaplah kota ini berakrab ria dengan banjir. Sudah saatnya pemkot menerjunkan Satpol PP dan Satgas Sampah untuk siaga di setiap saluran air," ucap AH Thony menanggapi banjir yang masih terjadi di Surabaya, Selasa, 16 April 2024.

BACA JUGA:14 Tahun Warga di Sambikerep dan Pakal Dilanda Banjir Kiriman, Wali Kota Eri Bakal Buat Tanggul

Thony menjelaskan, setiap hujan deras dengan durasi lama sedikit, sejumlah kawasan di Surabaya terdapat genangan. Kendati lama dan kedalaman genangan berkurang, namun penanganan banjir harus terus menjadi prioritas kota. Sebab dampaknya luas. Tidak sekadar merepotkan mobilitas warga.

AH Thony lantas mendesak Satpol PP dan Satgas Sampah bekerja lebih optimal. Dengan anggota yang ada, Satpol PP sebagai penegak perda harus mau turun langsung. Yakni, siaga di titik rawan warga membuang sampah di saluran.

Apalagi sudah ada Perda 1/2019 tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Surabaya. Salah satunya melarang warga membuang sampah sembarangan.

Sanksinya adalah tindak pidana ringan dengan denda Rp 75.000. Namun Perda Sampah tersebut dinilai AH Thony hanya aksesoris tanpa ada penegakan maksimal. Buktinya banyak saluran mampet karena sampah.

Di sisi lain, pihaknya juga menyoroti perilaku warga Surabaya yang bikin geregetan. AH Thony kerap turun ke sejumlah kawasan dan perkampungan. Banyak ditemukan saluran air di kampung dan got buntu. Namun kondisi tersebut dibiarkan warga. Tidak ada gerakan kampung untuk membersihkan got.

AH Thony pun mengajak semua warga menggelorakan daya juang dengan bergotong-royong peduli lingkungan.

"Masak membersihkan got saja nunggu pemkot. Mari lurah, RT, RW di kampung-kampung menggerakkan kerja bakti. Apalagi rata-rata banjir di kampung karena got mampet," katanya.

Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) diharapkan juga rutin mengecek setiap saluran air. Terutama saluran primer atau sekunder. Bahkan kalau perlu hingga saluran di perkampungan.

Sebab, kata Thony, semua saluran itu harus terkoneksi dan lancar. Dinas juga harus rutin melakukan normalisasi dengan mengeruk setiap saluran.

Pria asal Bojonegoro ini terus mendorong Pemkot Surabaya menuntaskan proyek saluran box culvert dan proyek saluran lainnya yang terkoneksi satu sama lain. Tak ada lagi saluran yang tidak terhubung. Kelihatannya ada saluran tapi tidak terkoneksi sehingga meluber saat hujan.

Politisi yang juga akademisi ini memberikan gambaran panjang terkait banjir. Diakui bahwa air diyakini sebagai sumber kehidupan. Tapi kalau melimpah dan menggenang, maka akan menjadi petaka.

Banjir sebenarnya menunjukkan bahwa ekosistem berjalan. Namun banjir akan menunjukkan masyarakat mana yang ramah dan peduli lingkungan dan mana yang tidak. Kalau ramah lingkungan artinya mendapat sikap air yang ramah dari alam.

“Sebaliknya, mayarakat mana yang tidak peduli dengan pepohonan sebagai tempat air bersarang dan saluran sebagai tempat dia berjalan, maka air akan menjadi banjir sehingga menyebabkan masalah yang mengganggu kesejahteraan,” tuntasnya. (*)

Sumber: