Inilah 7 Terapi Stroke Ringan untuk Mencegah Terjadinya Stroke Berat

Inilah 7 Terapi Stroke Ringan untuk Mencegah Terjadinya Stroke Berat

Ilustrasi--

SURABAYA, MEMORANDUM - Gejala stroke ringan (TIA) hampir sama dengan gejala stroke yang sebenarnya. Bedanya hanya terletak pada durasi terjadinya gejala. 

Meskipun akan hilang dalam hitungan menit atau jam, gejala stroke ringan, seperti mati rasa atau kelemahan di wajah, lengan, atau kaki, kesulitan bicara, wajah terkulai, dan penglihatan kabur, bisa menjadi tanda awal munculnya stroke berat.

BACA JUGA:Manfaat Air Garam untuk Wajah, Apa Saja!

Oleh karena itu, terapi stroke ringan tetap penting untuk diberikan pada orang yang mengalami kondisi ini. Berikut ini adalah beberapa terapi stroke ringan yang umumnya direkomendasikan dokter :

BACA JUGA:8 Manfaat Aloe Vera untuk Kesehatan dan Kecantikan

1. Perubahan gaya hidup

Terapi stroke ringan dimulai dari perubahan gaya hidup. Dengan mengubah gaya hidup sehari-hari menjadi lebih sehat, risiko kekambuhan gejala atau terjadinya stroke di masa mendatang akan berkurang.

Inilah beberapa gaya hidup sehat yang perlu diterapkan :

  • Konsumsi makanan yang rendah lemak, rendah garam, dan tinggi serat, seperti buah-buahan, sayuran, ikan, dan daging tanpa lemak.
  • Kurangi konsumsi makanan yang digoreng dan mengandung gula.
  • Olahraga secara rutin minimal 30 menit sehari.
  • Berhenti merokok.
  • Kurangi konsumsi alkohol.
  • Turunkan berat badan bila direkomendasikan dokter.
  • Cukupi waktu tidur minimal 7 jam setiap malam.
  • Kelola stres dengan baik.

BACA JUGA:Puncak Haji, Suhu Arab Saudi Capai 44 Derajat Celsius, Jemaah Diimbau Waspadai Heatstroke

2. Obat antitrombosit

Perubahan gaya hidup perlu diimbangi dengan konsumsi obat-obatan medis, salah satunya obat antitrombosit atau antiplatelet. Obat-obatan ini berfungsi untuk mencegah trombosit saling menempel dan penggumpalan darah.

3. Obat antikoagulan

Selain obat antiplatelet, obat antikoagulan juga termasuk dalam terapi stroke ringan. Obat-obatan ini dapat mencegah penggumpalan darah dan pembekuan darah, sehingga aliran darah di otak tetap lancar.

4. Obat tekanan darah

Jika pasien memiliki tekanan darah tinggi, dokter juga akan meresepkan obat antihipertensi untuk mengendalikannya. Alasannya, tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke yang lebih berat.

BACA JUGA:Waspada! Inilah 5 Tanda-Tanda Penyakit Stroke, Bisa Menyerang Siapapun Bahkan Anak Muda

5. Obat statin

Obat ini mampu mengurangi risiko stroke karena bisa mencegah penumpukan kolesterol berlebih di pembuluh darah otak.

6. Prosedur neurointervensi

Ini merupakan prosedur medis nonbedah yang bisa dilakukan untuk menangani TIA maupun stroke. 

Prosedur neurointervensi dilakukan oleh dokter dengan cara memasukkan selang kateter khusus dari bagian paha atau selangkangan untuk menuju pembuluh darah otak yang bermasalah.

Setelah itu, dokter akan menghancurkan sumbatan pembuluh darah otak yang menjadi penyebab stroke, kemudian memasang cincin atau stent untuk menjaga aliran darah di otak tetap lancar.

BACA JUGA:Cara Mencegah Stroke, Penyakit Mematikan yang Sering Dialami Lansia

7. Prosedur operasi

Operasi yang disebut endarterektomi karotis juga bisa disarankan oleh dokter sebagai terapi stroke ringan. Prosedur ini dilakukan bila pembuluh darah utama yang terletak di kepala dan leher (arteri karotis) mengalami penyumbatan akibat penumpukan lemak. 

Hal ini membuat darah menjadi sulit mengalir ke otak dan mengakibatkan stroke ringan.

Endarterektomi karotis dilakukan dengan cara membuka penyumbatan di arteri karotis. Dengan begitu, aliran darah menjadi lancar dan secara signifikan mengurangi risiko terjadinya stroke atau kambuhnya gejala stroke ringan.

Sumber: