Pegiat Lingkungan Minta Capres Kaji Soal Penggunaan Bioenergi Berbasis Hutan

Pegiat Lingkungan Minta Capres Kaji Soal Penggunaan Bioenergi Berbasis Hutan

Pegiat lingkungan, Amalya Reza Oktaviani.--

SURABAYA, MEMORANDUM - Jelang debat capres-cawapres Pemilu 2024 putaran keempat, para pegiat lingkungan mendesak para kontestan untuk mengkaji kembali penggunaan bioenergi dalam program transisi energi.

Penggunaan dua jenis bioenergi yang mengandalkan bahan baku hasil hutan yakni, biofuel dan biomassa, dinilai dapat menimbulkan dampak negatif yang mengganggu kelestarian alam.

 BACA JUGA:Keren! Surabaya Siap Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17, Eri Cahyadi Gandeng Pegiat Mural Percantik Stadion GBT

Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh pegiat lingkungan dari Traction Energy Asia, Tommy Pratama bahwa transisi energi pada saat ini tengah hangat dibicarakan, mengingat dampak perubahan iklim dan pemanasan global akibat polusi bahan bakar fosil semakin terasa di dunia.

Bahkan, pada Konferensi Para Pihak tentang Perubahan Iklim ke-28 (COP28) di Dubai, Uni Emirat Arab, akhir tahun lalu, untuk pertama kalinya seruan bagi negara-negara di dunia untuk beralih dari bahan bakar fosil masuk di dalam konsensus yang disepakati bersama (Konsensus Dubai).

“Pada COP 28 kemarin, terdapat komitmen global pengurangan emisi dari bahan bakar ke arah yang lebih berkelanjutan, karena krisis iklim mengancam eksistensi manusia di Bumi. Apalagi posisi Indonesia sebagai penyumbang karbon terbesar kedelapan di dunia, sehingga perlu disegerakan untuk transisi ke energi rendah karbon,” kata Tommy, Jumat, 12 Januari 2024.

BACA JUGA:Pegiat Medsos Resah Soal Isu Politik Dinasti

BACA JUGA:Ratusan Mangrove Rusak, Pegiat Lingkungan Sesalkan Pengerukan Sembrono DSDABM di Sungai Wonorejo

Menurutnya, penggunaan bioenergi menjadi salah satu bentuk transisi energi ramah lingkungan yang tengah digalakkan oleh pemerintah saat ini.

Akan tetapi, Tommy mengkhawatirkan produksi bioenergi, khususnya biofuel, secara besar-besaran bakal mengancam ketahanan pangan dan hutan yang tersisa.

"Menggantungkan transisi energi pada biofuel atau bioenergi dikhawatirkan akan memicu persaingan antara pangan versus energi yang dapat berujung pada melonjaknya harga pangan," kata Tommy yang juga direktur eksekutif Traction Energy Asia ini.

Dia menambahkan, menurut data Traction Energy Indonesia, selain bioenergi, Indonesia masih memiliki sumber energi terbarukan lain yang berlimpah dan belum dimanfaatkan secara maksimal.

Energi angin, misalnya, baru termanfaatkan 0,1% dari potensi total 155 gigawatt (GW). Kemudian ada energi surya yang baru termanfaatkan 0,01% dari potensi total 3.294,4 GW.

 BACA JUGA:Reni Astuti Ajak Pegiat Kebaikan Bersinergi Layani Warga Surabaya

Sumber: