Gadis Kota Ditelan Kehidupan Laknat LGBT (4)

Gadis Kota Ditelan Kehidupan Laknat LGBT (4)

Sejuta Kisah Rumah Tangga--

Cemburu ke Murid-Murid Senam Sakdolah

Karena masih pengantin baru, Marpuah yang masih demen-demen-nya ngeseks merasa memerlukan sentuhan Sakdolah. Namun, lambat laun hal itu dirasakan semakin menekan naluri kewanitaannya.

Marpuah merasakan dirinya diperlakukan tak lebih dari pemakai jasa seks. Nggilani. Marpuah yang dulu sempat bermimpi menikah dengan lelaki yang penuh perhatian dan kasih sayang harus membuang jauh-jauh impian itu.

Sakdolah adalah sosok watu. Watu item. Dingin dan nyaris tidak mau tau dengan orang lain.

Selama menikah dengannya, sekali pun Marpuah tidak pernah diajak keluar rumah untuk sekadar makan malam di luar. Nonton. Atau jalan-jalan di Taman Bungkul. Sama sekali tidak pernah.

BACA JUGA:Gadis Kota Ditelan Kehidupan Laknat LGBT (3)

Di rumah saja, kerja Sakdolah hanya tidur dan fitness. Pukul 10.00 tet dia sudah disibukkan urusan sebagai instruktur senam. Baik di rumah maupun memenuhi panggilan klien.

Setiap hari Sakdolah melatih senam di sanggar yang dibangun di samping rumah. Sejak pukul 10.00 hingga pukul 12.00. Di luar itu, Sakdolah melayani panggilan. Ada yang kelompok, namun tidak jarang yang pribadi. Personal. Biasanya yang minta dilatih secara personal adalah wanita-wanita karier muda atau istri-istri pejabat. Sosialita.

"Jujur saja, Mbak Marpuah sempat cemburu kepada istri-istri pejabat itu. Mereka endel-endel. Genit,” kata Lika, yang mengaku dirinya sendiri juga memiliki perasaan yang sama. Sejak Marpuah menikah, Lika memang ikut tinggal serumah dengan saudara sepupunya itu di Surabaya. Lika kuliah di perguruan tinggi negeri kawasan Surabaya Barat.

BACA JUGA:Gadis Kota Ditelan Kehidupan Laknat LGBT (2)

Saking jengkelnya terhadap emak-emak tadi, Lika mengaku pernah nekat ngikutin salah satu dari mereka yang ikut senam privat di rumah. Ternyata dia menunjukkan gerak-gerik mencurigakan.

Seperti dugaan Lika, wanita ber-make up murup itu janjian dengan Sakdolah. Mereka sepakat ketemu di ujung jalan. Sakdolah menunggu di balik pohon. Begitu mobil wanita murup tadi melintas dan berhenti sejenak, Sakdolah segera masuk.

Lika yang membawa motor mengikuti dari belakang. Ternyata mobil sosialita tadi mengarah ke Jalan A Yani, terus lurus ke selatan. Arah Sidoarjo. “Aku kira mereka bakal masuk tol, karena di bundaran Waru sempat belok ke kanan,” kata Lika.

Ternyata mereka hanya mengitari bundaran, terus bablas ke selatan. Entah apa maksudnya pakai puter-puter segala. Tetapi tidak ke arah Kota Sidoarjo, mobil banting setir ke kiri begitu sampai Aloha.

BACA JUGA:Gadis Kota Ditelan Kehidupan Laknat LGBT (1)

“Masa mereka ke Juanda? Tapi, mau ke mana? Masa ke Singapura?” Dibatin begitu, tiba-tiba mobil berkelok ke sebuah hotel. Sliut… Lika mengikuti.

Lika memastikan Sakdolah beberapa kali masuk hotel bareng murid privat senamnya. Usianya bervariasi. Mulai yang ABG hingga yang lansia.

“Awalnya aku simpan rahasia itu untuk diri sendiri. Kasihan Mbak Marpuah yang terlalu tinggi menaruh harapan ke Sakdolah. Bila suatu saat harus menyampaikan, aku tidak tahu harus memulai dari mana,” kata Lika bernada keluhan. (jos, bersambung)

Sumber: