Gadis Kota Ditelan Kehidupan Laknat LGBT (1)

Gadis Kota Ditelan Kehidupan Laknat LGBT (1)

Sejuta Kisah Rumah Tangga : Gadis Kota Ditelan Kehidupan Laknat LGBT --

Grogi Titik Matanya Dipandang Tajam

Marpuah (samaran) dikenal sebagai gadis kota yang lugu dan sederhana. Karena itu dia sangat bahagia ketika lima tahun lalu diperkenalkan omnya, sebut saja Parmin, kepada seorang pemuda.

Sakdolah (juga samaran) namanya. Orangnya ganteng. Tak hanya di kalangan RT setempat, kegantengan Sakdolah dikenal hampir se - Kota Surabaya.

Saking gantengnya, wajah Sakdolah kadang lebih tampak seperti perempuan. Imut gitu lho.

Kebanggaan Marpuah, yang sebelum menikah tinggal di Sumurwelut, memang beralasan. Selain ganteng, pria tersebut bertubuh atletis. Orang-orang menyebut Sakdolah sebagai pejantan tangguh.

BACA JUGA:Jumat Berkah, Keluarga Ustaz Tawarkan Istri Baru (1)

BACA JUGA:Hidup Bersama Lelaki Ganteng Misterius (1)

"Kalau Marpuah dikenal sebagai bunga kota yang cantik,” kata Lika, sepupu Marpuah, yang mengantarkan saudaranya ini ke Pengadilan Agama Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu.

Lika lantas memberi isyarat Memorandum supaya keluar ruangan. Kemudian dia sendiri pamit kepada Marpuah untuk minum teh di warung.

Di sana kami ngobrol lebih leluasa. Lika tidak berlebihan. Wajah Marpuah memang cantik. Mirip Laudya Cynthia Bella. Bodinya, hemmm tak kalah mengagumkan. Bak gitar Spanyol.

Lekuknya mempertontonkan kepadatan dan pahatan yang sempurna.

Saking cantiknya dibanding cewek-cewek sebaya di daerahnya di Sumurwelut, bahkan mungkin cewek Darmo Satelit, sampai tidak ada pemuda yang berani mendekati Marpuah.

Banyak cowok yang terburu menyerah sebelum berusaha. Kalah sebelum perang.

Pernah ada anak camat yang sekolahnya bersebelahan dengan SMA tempat Marpuah bersekolah. Anak itu kabarnya naksir berat kepada Marpuah. Hal itu disampaikan melalui teman sebangku Marpuah.

Bagaimana tanggapan Marpuah?

BACA JUGA:Sejuta Kisah Rumah Tangga : Nasib Baik Lelaki di Titik Nadir Asanya (1)

Cowok tadi diminta menemuinya di taman alun-alun. Ditantang untuk menyatakan cinta. Pada jam yang ditentukan, Marpuah menunggu sang cowok. Tapi lewat setengah jam, cowok tadi belum juga nongol.

Lebih dari sejam, masih belum tampak. Ketika hampir dua jam, baru si cowok muncul. Bajunya basah kuyup dan tubuhnya gemetaran. Padahal, saat itu tidak sedang hujan. Dia diantar teman sebangku Marpuah.

Wajah innocent-nya selalu disimpan dengan cara menunduk.

Sesekali dia seperti ragu dan hendak kabur meninggalkan tempat. Kalau teman yang berada di sampingnya tidak memaksa, pasti dia tidak akan melanjutkan rencananya menemui Marpuah.

Hanya sesekali wajah tadi didongakkan. Cuma sekejap, untuk mencuri pandang ke arah Marpuah yang duduk anggun di sebuah kursi semen.

Berbeda dengan mata si cowok yang sesekali mencuri pandang, mata Marpuah selalu diarahkan tajam ke mata cowok tadi. Si cowok grogi.

Tet pukul 12.00 mereka duduk berhadapan. Marpuah diam. Demikian juga si cowok. Dahinya mengucurkan keringat deras. Juga ketiaknya. Bajunya makin kuyup.
Matanya nanar.

Tidak menatap siapa pun. Mulutnya komat-kamit tapi tanpa mengeluarkan suara. Begitu berlangsung lebih dari 20 menit. (jos, bersambung)

Sumber: