Cinta Mawar yang Berakhir di Tangan Sahabat (2)

Cinta Mawar yang Berakhir di Tangan Sahabat (2)

Cinta Mawar yang Berakhir di Tangan Sahabat--

Pura-Pura Jatuhkan Belitan Handuk Usai Mandi

Ternyata tidak hanya berusaha menyenggolkan payudara ke Damar, masih banyak ulah negatif Winta. Misalnya pura-pura menjatuhkan belitan handuk di tubuh usai mendi.

Winta juga sering membiarkan pintu kamarnya terbuka blak-blakan pada jam-jam Damar sedang fitness di ruang yang tepat berada di depan kamarnya. Sementara di dalam, Winta hanya mengenakan pakaian minim.

Celaka, Damar terkesan sangat menikmati semua itu, bahkan sering berlama-lama di ruang fitness. Mawar pernah mencoba mengingatkan Winta, namun respons yang Mawar terima hanya permintaan maaf dan janji tidak akan teledor membiarkan pintu kamar terbuka. Itu saja.

Begitu pula ketika Mawar mencoba menegur suaminya, Damar malah balik minta Mawar tidak terlalu protektif terhadap dirinya dan curiga berlebihan terhadap Winta.

Satu-dua kali persoalan ini pernah menjadi pertengkaran panjang, sampai-sampai Mawar sempat hendak mengusir Winta.

Tapi, apa tanggapan Damar? Lelaki tersebut malah membela Winta. “Kasihan dia tidak punya siapa-siapa di Surabaya,” begitu alasan Damar.

Tentu saja ini menimbulkan kecurigaan yang makin besar bahwa memang ada apa-apa di antara suaminya dan Winta.

Makanya, ketika suatu tengah malam Damar meninggalkan kamar dengan mengendap-endap, Mawar berniat membuntuti.

Setelah ditunggu 10-20 menit, Mawar menyusul keluar kamar. Dengan berjingkat-jingkat wanita berambut sebahu ini menuju kamar Winta. Dia menempelkan telinga di daun pintu, mencoba mendengarkan apa yang terjadi di dalam.

Ternyata hening. Tidak terdengar suara apa pun. Dia mengintip melalui ventilasi, tampak ada selimut mengonggok menutupi sesuatu.

“Waktu itu Mawar berpikir Winta sedang pulas tertidur dengan berselimut,” kata pengacara Mawar.

Mawar lantas memeriksa satu per satu kamar yang lain, termasuk gudang. Sepi. Mawar juga sempat melongok garasi dari jauh. Gelap.

Tidak terlihat tanda-tanda kehidupan. Mawar pun balik ke kamar tidur dan mencoba memejamkan mata.

Sekitar satu setengah jam kemudian terdengar pintu kamar berderit. Mawar pura-pura terlelap. Perlahan-lahan terasa suaminya membaringkan diri. Terdengar desah napas tersengal seperti habis lari maraton.

Beberapa saat kemudian Mawar pura-pura membalikkan badan dan menyentuhkan tangannya ke tubuh Damar.

Terkena lengannya. Terasa sekali lengan itu basah kuyub. Ia kembali pura-pura terbangun dan duduk, lantas berdiri menyalakan lampu.

Saat itulah mereka saling pandang. “Maaf, aku baru saja keluar. Duduk-duduk di teras. Ternyata panas, kemudian aku jalan-jalan ke jalan besar,” kata Damar sambil erat-erat memandang mata Mawar.

Ternyata hal serupa tidak hanya sekali-dua kali terjadi, melainkan sangat sering. Suatu malam Mawar bahkan nekat mencari sang suami dengan melacaknya hingga jalan besar. Tetapi nihil.

“Ke mana mereka? Itulah pertanyaan yang ada di pikiran Mawar,” kata Win. (jos, bersambung)

Sumber: