THR Mall Surabaya Kian Mengenaskan, Pengunjung Sepi, Pedagang Merugi
Kondisi THR Mall yang sepi pengunjung.-Alfin-
SURABAYA, MEMORANDUM - THR mal yang dulu dikenal sebagai Hi Tech mall kini kondisinya semakin mengenaskan. Selain kalah bersaing dengan online, THR mal sudah banyak ditinggal pembeli dan penjual. Seharusnya Pemkot sebagai pemilik harus turun tangan guna menyelamatkan nasib pedagang di sana.
Memorandum pun mencoba menelusuri kawasan pusat perbelanjaan IT yang terletak di Jalan Kusuma Bangsa, nomor 116 - 118 Surabaya ini. Untuk bisa masuk pengunjung harus membayar karcis terlebih dulu. Tarif Rp 3.000 ribu untuk motor, Rp 5.000 untuk biaya parkir kendaraan roda empat. Area parkir motor berada di pintu masuk sisi selatan. Sedangkan untuk kendaraan roda empat terletak di sisi pintu masuk utara.
Tampak area depan, banner atau spanduk promosi juga ditempel di sepanjang pagar besi dekat jalan raya. Termasuk spanduk berukuran besar juga terpampang di area depan gadung yang bertuliskan "THR IT MALL MASIH BUKA".
Termasuk suara nyaring dari toa atau pengeras suara itu juga menjadi perhatian pengguna jalan yang melintas. Suara promosi barang barang elektronik serta penugumuman jika THR masih buka itu diputar sejak pagi pukul 10.00 hingga 18.00.
BACA JUGA:THR Dibangun Ulang, Seniman Jatim Selamatan Jajan Pasar
Roni salah satu pedagang di THR Mall mengaku bahwa toa itu hasil swadaya pedagang agar kawasan perbelanjaan IT ini tidak terlalu sunyi. "Pengeras itu dipasang untuk ajang promosi. Toa itu hasil patungan pedagang. Biar THR Mall ini tidak terlihat sepi," kata Roni ditemui Memorandum di lapaknya.
Di area dalam gedung THR Mall yang diresmikan oleh Gubernur Jatim era Soelarso pada 31 mei 1989 ini nampak sangat mengenaskan. Pada area beasement yang dulunya ramai dan terdapat store perbelanjaan baju dan sejumlah barang elektronik lainnya, kini kondisinya kosong melompong. Kios kios sepi tak berpenghuni.
Pengosongan area beasement dari pedagang ini bukan tanpa alasan. Sebab sehubungan dengan berakhirnya perjanjian kerjasama antara Pemkot Surabaya dengan PT Sasaba Boga pada 31 Maret 2019, maka terhitung mulai 1 April 2019, bangunan pertokoan dan areal parkir yang terletak di Jalan Kusuma Bangsa nomor 116 - 118 Surabaya telah menjadi aset milik Pemkot Surabaya era Walikota Tri Rismaharini.
Karena telah menjadi aset pemkot, maka gedung ini dikelola Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Sejumlah petugas Dinas Perhubungan Kota Surabaya tampak mengatur area parkir mal. Termasuk petugas keamanan atau linmas juga disiagakan di pintu masuk utama THR Mall.
BACA JUGA:Wali Kota Janji Bakal Hidupkan Kembali Hitech Mall, THR, dan TRS
Di area luar maupun dalam kondisinya sangat mengenaskan. Warna tembok bangunan itu tampak pudar. Cat tembonya terlihat mengelupas. Semua eskalator di mall sudah tidak difungsikan lagi. Bahkan eskafator yang dulunya merupakan akses pengujung ke lantai beasement itu ditutup papan kayu. Sehingga menimbulkan kesan tak rapi di dalam mall tersebut.
Ada lima lantai di gedung THR Mall ini, namun yang difungsikan hanya dibagian lantai dasar. Di lantai dasar kurang lebih ada 100 stand yang masih tetap eksis. Mereka terbagi di blok A, blok B, blok C, blok D, dan blok E. Masing masing diantaranya berjualan laptop, accesorise, PC dan jasa service.
"Dari 100 stand itu pemiliknya kisaran 60 orang. Karena ada 2 sampai 3 stand itu dimiliki 1 tenant. Sedangkan lantai 2 sampai 4 itu kosong ditinggal pedagang," ujar Roni.
Pria berusia 65 tahun yang telah berjualan selama 30 tahun di THR Mall ini telah melewati masa masa manis dan pahit di THR Mall. Pihaknya mengaku THR Mall kini sudah berbeda jauh dengan jaman masih eksis dulu.
BACA JUGA:DPRD Surabaya Sarankan THR dan TRS jadi Rumah Sehat
"Kalau dulu THR Mall atau yang dikenal Hi Tech Mall menjadi pusat IT atau barang elektronik. Masyarakat ya carinya pasti disini. Namun itu dulu, sekarang THR Mall sangat sepi, pengunjungnya bisa dihitung jari setiap harinya," ungkap Roni.
Bahkan Roni mengaku kondisi saat ini lebih parah dibanding pada saat pandemi Covid-19 beberapa tahun silam. "Bahkan pernah 3 hari tidak dapat pelanggan. Kalau hari ini dapat 75 ribu saja," keluhnya.
Disinggung alasan mengapa dirinya tetap bertahan dengan kondisi THR Mall yang kian mengenaskan ini, Roni pun menuturkan THR Mall memiliki kisah dan riwayat yang sangat panjang dalam hidupnya.
"Saya berjualan disini sejak THR Mall buka pertama kali. Kadang juga rugi. Karena untuk berangkat kesini THR Mall paling tidak bawa uang 50 ribu untuk biaya transport dan makan. Kalau tidak ada pembeli ya pulang tidak bawa apa apa. Saya tetap bertahan meski merugi, karena saya sendiri sudah tua. Selain itu saya sudah memiliki pelanggan di THR Mall ini. Kalau pindah ke lain tempat, pelanggannya takut kabur. Toko saya terkenalnya disini, jadi berat untuk pindah," paparnya.
Pria dengan arloji putih ditangannya ini mengungkapkan banyak masyarakat yang memganggap THR Mall ini suda tutup. Karena jika dilihat dari luar, tampak seperti tidak ada aktifitas di THR Mall.
"Warga itu mengira THR Mall sudah mati. Tentu wajar jika masyarakat bilang gitu. Karena kondisi dari depan saya seperti itu sangat tidak menarik perhatian pengunjung," ungkapnya.
Terkait sistem sewa stand, Roni mengaku tarifnya beragam disesuaikan dengan ukuran stand. Mulai dari Rp 200 ribu per meter, Rp 90 ribu permeter, hingga Rp 60 ribu per meter.
"Kalau standnya terletak di lorong Rp 60 ribu permeter. Tarif itu belum dipotong diskon 50 persen massa pandemi Covid-19 waktu lalu. Kalau saya kena Rp 200 ribu permeter. Dipotong diskon jadi Rp 100 ribu. Jika ditilotal 2x2 permeter, pertahunnya harus bayar 4.800.000.00," pungkasnya.(alf)
Sumber: