Krisis Ekonomi
Sujatmiko Pemimpin Redaksi Memorandum. --
Oleh: Sujatmiko
Belum kenyang kalau belum makan nasi. Meskipun ada alternatif karbohidrat lain, keinginan untuk makan nasi tetap tinggi. Bagaimana jika harga beras terus meningkat? Masyarakat di bawah juga dipusingkan dengan lonjakan-lonjakan harga lain selain beras.
Akibat kondisi ini, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, warga diajak untuk mencari sumber pangan karbohidrat selain beras. Proses ini dikenal sebagai diversifikasi pangan.
Menteri Tito beragumen, tindakan ini sebagai respons terhadap kenaikan harga beras akibat menipisnya stok karena El Nino. Menteri mendorong masyarakat untuk tidak hanya mengandalkan beras sebagai bahan pokok. Namun, apakah ini memungkinkan?
Komen pedas dari netizen pun bermunculan akibat statemen Menteri Tito. Salah satu cuitannya, "pemerintah sendiri tidak lagi memakan beras, dan beralih makan uang rakyat". Lalu, Terus kita ajak rakyat lain jangan bayar pajak". Statemen ini adalah reaksi masyarakat.
Setiap hari, kekhawatiran dan kecemasan dirasakan oleh masyarakat kecil. Kenaikan harga beras terus menjadi pembicaraan utama, disertai dengan naiknya harga-harga kebutuhan lainnya. Hal ini berdampak pada kesiapan menyambut pesta demokrasi lima tahunan yang akan segera digelar.
Warga mengeluhkan kenaikan harga beras yang masih terus berlanjut. Mereka berharap pemerintah segera turun tangan untuk menstabilkan harga bahan pokok ini. Pasalnya, harga beras terendah saat ini sekitar Rp 13.200, yang dirasa cukup memberatkan.
Pasca Covid, pemulihan ekonomi memang berjalan perlahan. Tingginya tingkat pengangguran akibat dampak pandemi juga menjadi perhatian serius. Banyak perusahaan terpaksa gulung tikar, mengakibatkan gelombang PHK di mana-mana.
Sumber: