Krisis Ekonomi

Krisis Ekonomi

Sujatmiko Pemimpin Redaksi Memorandum. --

 

Penulis meyakini bahwa tata kelola keuangan masyarakat telah terganggu sejak pandemi. Kenaikan harga beras ini akan mengubah banyak hal, terutama mengingat adanya kebutuhan lain seperti listrik, air, dan biaya pendidikan.

 

Apakah fenomena ini sudah bisa dikategorikan sebagai krisis ekonomi? Kekhawatiran muncul, terutama bagi masyarakat yang sebelumnya dapat memenuhi kebutuhan dengan harga terjangkau. Namun, jika uang tidak cukup dan harga terus melambung, apa yang akan terjadi?

 

Masyarakat tidak butuh banyak bantuan. Berharap bantuan dihapus, tetapi dengan harapan beras diturunkan. Karena masyarakat melihat ini adalah permainan. Kalau sebelumnya ada BLT (bantuan langsung tunai) beras, telur naik. Sebaliknya sekarang BLT telur, beras naik. 

 

Fenomena yang terlihat, terjadi konpirasi. Semua bahan-bahan makanan yang berasal dari biji, termasuk buah-buahan, nanti akan dibuat seolah krisis pangan. Dan rakyat biasa tidak bisa mengonsumsi dengan bebas seperti sekarang.

 

Jika situasi ini tidak segera diatasi, krisis ekonomi dapat berubah menjadi krisis sosial politik. Bahkan, kemungkinan terjadinya revolusi pun tidak bisa diabaikan. Kita berharap kepada pemerintah agar kejadian seperti tahun 1998 tidak terulang. Jika krisis terjadi, penulis meyakini bahwa dampaknya akan lebih parah daripada tahun 1998. (*)

Sumber: