Masuk 75 Besar Desa Wisata, Menparekraf Sandiaga Resmikan Bowele
Malang, Memorandum.co.id - Wisata Desa Pantai Bowele yang berada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, telah diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Dr H Sandiaga Salahuddin Uno, Sabtu (15/4). Menparekraf RI menandatangani prasasti, memberikan plakat serta sertifikat sebagai bentuk telah diresmikannya Desa Wisata Bowele sebagai desa wisata. Bersamaan, melakukan penilaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 di Desa Wisata Bowele yang masuk dalam 75 besar dari 4.753 desa wisata di seluruh Indonesia. “Kobaran semangat ini masih terus kami lanjutkan. Untuk menggaungkan Indonesia lebih mendunia melalui pariwisata dan ekonomi kreatif,” ujar Sandiaga Uno. Dengan semakin banyaknya desa yang membuat lokasi wisata akan membuka ruang untuk berkarya sehingga dapat menyerap tenaga kerja. Ini untuk menciptakan sekitar 4,4 juta lapangan kerja. “Kami masih terus percaya bangkitnya ekonomi dimulai dari desa, menciptakan peluang perekonomian yang kreatif,” kata Sandiaga. Menteri mengungkapkan momentum kebangkitan pariwisata salah satunya didorong oleh Anugerah Desa Wisata Indonesia 2023. Program ini agar menjadi daya bangkit bagi ekonomi desa dan sebagai wahana promosi untuk menunjukkan potensi desa-desa wisata di Indonesia kepada wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Dengan adanya desa wisata baru, Sandiaga mengatakan akan membangkitkan ekonomi desa. Kebangkitan ekonomi dari desa-desa untuk membangun Indonesia, selain itu dapat menjaring database desa wisata baru. Data pendaftaran di website Jejaring Desa Wisata (Jadesta), menyebutkan yang dikembangkan oleh Kemenparekraf tercatat tahun 2021 sebanyak 1.831 desa, dan mengalami peningkatan tajam di 2022 dengan 3.419 desa wisata. Bupati Malang Drs HM Sanusi yang mendampingi Menteri Parekraf menyampaikan saat ini destinasi wisata di Kabupaten Malang mengalami peningkatan kunjungan wisatawan sehingga kesejahteraan masyarakat setempat, khususnya pelaku wisata dan ekonomi kreatif juga meningkat. “Kabupaten Malang telah berkomitmen untuk terus memberikan perhatian lebih dalam pengembangan sektor pariwisata. Termasuk pengembangan wisata berbasis masyarakat,” kata Bupati Sanusi. Selain Desa Wisata Bowele, beberapa desa wisata lain di Kabupaten Malang juga menorehkan prestasi. Salah satunya, Desa Wisata Boon Pring, di Kecamatan Turen yang masuk dalam daftar 50 desa wisata terbaik ADWI pada tahun 2021. Alhasil, kesejahteraan masyarakat setempat serta pelaku wisata di kawasan Boon Pring juga meningkat. Bahkan saat ini pendapatannya per tahun telah mencapai Rp 5 miliar. “Dengan adanya desa wisata ini berharap agar perekonomian di Kabupaten Malang juga turut bangkit,” harap Sanusi. Bupati Sanusi mendampingi Sandiaga Uno meninjau booth-booth UMKM Kecamatan Tirtoyudo dilanjutkan dengan menyusuri bibir pantai bersama rombongan menikmati pemain Surfing di Pantai Wediawu. Menparekraf juga mendukung sarana prasarana toilet umum. Juga mendampingi Forkopimda Kabupaten Malang, Kepala OPD di lingkungan Pemkab Malang, Camat dan Muspika Tirtoyudo serta Kepala Desa Purwodadi. Diketahui, Bowele merupakan singkatan dari tiga nama pantai utama di wilayah Desa Wisata Bowele. Yakni meliputi Pantai Bolu-Bolu, Pantai Wediawu, dan Pantai Lenggoksono. Bowele merupakan sebuah desa wisata yang terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Desa Wisata Bowele ini terbentang indah dengan jajaran pantai yang ciamik. Tak hanya itu, Desa Wisata Bowele juga tersusun dari banyaknya lembah dan perbukitan yang subur. Pantai Lenggoksono dan Wediawu di Desa Wisata Bowele ini sangat cocok untuk berselancar. Tersedia pula persewaan perahu yang dapat digunakan memancing atau berlayar menikmati keindahan lautan. Sebagai informasi, terdapat lima kriteria peserta ADWI 2023 agar terpilih menjadi desa wisata terbaik di Indonesia. Diantaranya, desa wisata memiliki keunikan dan keautentikan daya tarik wisata hingga peningkatan standar kualitas pelayanan homestay dengan melestarikan budaya lokal sekaligus standar toilet dalam memenuhi sarana dan prasarana kenyamanan wisatawan. Kriteria penilaian ketiga adalah kemampuan akselerasi atau percepatan transformasi digital serta mampu menciptakan konten kreatif sebagai sarana promosi, souvenir yang merupakan hasil kreativitas dan hasil karya desa wisata baik kuliner, fesyen, maupun kriya berbasis kearifan lokal, dan yang terakhir adalah kelembagaan desa wisata/ dan CHSE (cleanliness/ kebersihan, health/ kesehatan, safety/ keamanan, dan environment sustainability/ kelestarian lingkungan). (kid/ari)
Sumber: