Kolaborasi Sebagai Upaya Kontra Radikal di Lamongan

Kolaborasi Sebagai Upaya Kontra Radikal di Lamongan

Lamongan, memorandum.co.id - Bertepatan dengan 20 tahun aksi terorisme bom Bali pada 12 Oktober 2002, Rabu (12/10) di Pendopo Lokatantra Kabupaten Lamongan dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan ini dalam rangka kegiatan kontra radikal, yang bertema Terorisme adalah Musuh Kita Bersama.
Selain dihadiri oleh Bupati Lamongan, jajaran Forkopimda Kabupaten Lamongan, dan Tim Divisi Humas Polri, kegiatan ini juga diikuti oleh tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, dan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama).
Melihat catatan tentang berbagai peristiwa terorisme yang berkaitan dengan Lamongan, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi mengajak seluruh masyarakat untuk waspada dan menjadikan hal tersebut perhatian bersama, agar kegiatan radikalisme dan paham-paham berbahaya ini tidak tumbuh dengan baik di Lamongan. Menurutnya perlu adanya langkah dan tindakan kontra radikal serta deradikalisasi, dengan kerjasama dan kolaborasi dari berbagai elemen, termasuk tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, juga FKUB.
"Di era sekarang memang harus terus kita sosialisasikan kegiatan kontra radikal karena keadaannya yang sudah banyak berubah, antara berita hoax dan bukan itu sulit dibedakan. Oleh karena itu, diperlukan satu pemahaman kepada masyarakat utamanya generasi muda tentang bahaya radikalisasi dan terorisme. Kegiatan semacam ini penting, tidak hanya momen ini saja, tapi bisa dilakukan oleh tokoh masyarakat, birokrasi, ulama, juga semua pihak," jelas bupati yang disapa Pak Yes.
Membacakan sambutan Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo, Kasubbag Berita Divisi Humas Polri AKBP Gatot Hendro Hartono menyampaikan bahwa kontra radikal merupakan upaya membangun personal untuk mencegah paham radikalisme, separatisme, yang saat ini banyak dihembuskan oleh kelompok tertentu melalui berbagai elemen, dengan tujuan merubah paham seseorang menjadi radikal.
"Untuk mencegah paham radikal tersebut, perlu upaya dari segenap stakeholder terkait, juga peran tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemuda," kata AKBP Gatot menyampaikan pesan Irjen Pol Dedi.
Eks napiter yang juga Ketua YLP (Yayasan Lingkar Perdamaian) Ali Fauzi, selain meminta maaf atas tragedi bom Bali juga menyampaikan bahwa embrio paham radikal pasti tetap ada, namun menurutnya yang paling penting adalah bagaimana kerja sama masyarakat dapat mematikan bibit-bibit tersebut.
"Peran ulama, tokoh agama didalam menggandeng masyarakat itu penting. Saya melihat masih kurang dari organisasi agama atau organisasi lain untuk turut serta dalam mereduksi pemikiran-pemikiran ekstrem di wilayah Lamongan ini. Harapan besar saya, MUI Lamongan, Muhammadiyah, NU bahu-membahu dengan TNI-Polri untuk perang terhadap terorisme," kata Ali Fauzi.
Selain Ali Fauzi, hadir pula dalam kegiatan tersebut sebagai narasumber, Pengurus Harian BPET MUI (Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia) pusat Makmun Rasyid. (*/yy)

Sumber: